Serba-Serbi Cerita Lalu part III: Idul Fitri di Negeri Sakura

Hai teman-teman semua. Bagaimana kabarnya? Semoga selalu dalam keadaan sehat serta dalam lindungan-Nya. Amin.

Ternyata lama tidak menulis di blog itu membuat semangat untuk menulis menghilang entah ke mana. Apalagi cerita yang sebelumnya ingin saya ceritakan sudah bertumpuk-tumpuk dengan cerita-cerita lainnya. Rasanya mau menuliskan cerita yang lama kok sudah basi. Tapi saya juga ingin menceritakannya. Selain menjadi catatan pribadi saya, juga barangkali bisa dibagi dengan teman-teman semua. Maka malam ini saya paksa untuk menulis. Hehe…. 😀

Melanjutkan cerita saya di sini, hari itu, Sabtu 18 Agustus (kyaaa…sudah berminggu-minggu yang lalu), saya pulang dari camping dengan siswa-siswa SMU se-Shikoku. Tiba di stasiun Tokushima sekitar pukul 1 siang. Saya telepon teman yang kemudian menjemput saya ke stasiun. Kami mau menginap di rumahnya lagi karena mau merayakan Idul Fitri bersama keluarga Indonesia di Tokushima. Kami mampir dulu ke swalayan untuk belanja yang kami perlukan untuk memasak nanti sore (berbuka) dan besok pagi (lebaran). Kami sudah yakin kalau Idul Fitri bakal jatuh hari Minggu, 19 Agustus. Apalagi teman saya, karna dia mulai puasanya 1 hari lebih dulu dari yang lainnya, jadi dia “harus” berlebaran tanggal 19 karna kalau tidak, dia bakal berpuasa 31 hari :D.

Sampai rumah, istirahat sebentar, tidur. Bagaimanapun juga saya capek Saudara… Camping 3 hari plus perjalanan sekitar 2 jam. Yang tadinya mau mulai masak pukul 3 jadi molor sampai pukul 4.30 sore :D. Teman saya yang bawa ayam halal pun baru datang sekitar jam segitu. Yak, akhirnya kita mulai memasak. Di tengah memasak tiba-tiba kepikiran: gimana kalau kita undang teman-teman yang lain dan kita adain buka puasa bersama, sambil menunggu keputusan Islamic center Jepang tentang kapan Idul Fitrinya. Kalau Idul Fitrinya besok, kita bisa takbiran bersama. Begitulah akhirnya ditelpon satu-satu dan kita pun berbuka puasa bersama. Untung masaknya banyak :D.

menu buber yang sederhana

Setelah kami selesai buber, satu keluarga kawan datang membawa kembang api. Maklum anak kecil-kecilnya banyak, jadi mainan kembang api pasti menyenangkan buat mereka (dan juga saya 😀 ). Sambil Otoosan-Ibu makan, kami mainan kembang api di luar. Ibu juga memantau di internet untuk informasi jatuhnya 1 syawal. Yang lainnya juga streaming tv Indonesia dan menyaksikan sidang isbat yang disiarkan langsung oleh salah satu tv swasta. Saya juga sudah dapat pesan dari rumah kalau kemungkinan besar lebaran tahun ini bersamaan karena kemarin awal puasanya selisih 1 hari. Dan benar saja. Saya yang keluar masuk ganti kamera (maksudnya kameraku habis batre jadi ganti pakai HP, eh..HP ikut habis batre jadi ambil kamera orang yang tergeletak di meja), dikasih tahu Ibu kalau sudah ada info jatuhnya 1 syawal 1433H dari Islamic center Jepang, yaitu Minggu, 19 Agustus 2012. Saya pun keluar membawa kabar tersebut ke tempat kawan2 yang masih bermain kembang api bersama anak-anak. Mereka pun bersuka ria, mengucapkan hamdallah dan mulai bertakbir lirih (karna takut mengganggu tetangga. Main kembang apinya aja volume-nya maksimal 2 :D).

anak-anak nyalain kembang api. Saya ndak tau ngapain itu….

Jaa…berarti malam ini semua bersiap untuk Idul Fitri. Cek kepastian jadwal sholat Ied di masjid Tokushima. Teman-teman muslim di Tokushima termasuk yang beruntung memiliki masjid di kotanya sendiri, karna tidak banyak masjid di Jepang ini. Sesama orang Indonesia, saya ikut bersyukur dengan adanya masjid di Tokushima.

Saya dan teman-teman mulai memasak ketupat untuk sarapan esok hari. Opornya sudah masak tadi untuk buka bersama, jadi besok pagi tinggal ngangetin sama nambah ayam aja (hehe…). Berhubung tidak ada selongsong ketupat dari daun kelapa, jadi kami improvisasi menggunakan plastik. Yang penting judulnya sama: ketupat :D. Pokoknya kami mau bikin suasananya termasuk makanannya menjadi se-Indonesia mungkin, supaya kami tidak homesick :D. Dan malam itu kami tidur cukup larut dan bangun cukup pagi karna lanjut memasak untuk acara syawalan dengan keluarga Indonesia di Tokushima. Saya kejatah bikin snack-nya dan teman saya kejatah bikin supnya, teman yang satu lagi bikin es buahnya. Saya bikin lumpia, teman bikin sup merah, dan teman satu lagi bantu kami berdua, karna bikin es buah cuma tinggal buka kaleng, tambah sirup, dan es batu 😀

Ketika semua sudah membuka mata, para pria sudah bangun sudah mandi dan bersiap sholat Ied, wah…suasana lebaran sudah hadir. Yang punya baju lebaran, ayo dikeluarkan lalu diseterika. Yang gk punya, bajunya juga diseterika dulu supaya rapih. Sebelum berangkat sholat, sarapan dulu bersama-sama. Dan berangkatlah kami menuju masjid dan nanti bablas ke rumah ketua PPI untuk syawalan.

Sampai di masjid, saya bingung mau ngapain. Mau masuk gk enak, akhirnya nunggu di luar sambil foto-foto :D. Setelah selesai sholat Ied, jemaat keluar, dan wow….ternyata sebagian besar jemaat masjid adalah orang Indonesia. Salam-salaman dulu dengan semua. Lalu berfoto bersama.

Tokushima Masjid

berfoto di depan masjid

Selanjutnya kami mengikuti syawalan di rumah ketua PPI kami. Mungkin sering saya singgung bahwa keluarga Indonesia di Tokushima cukup banyak. Kalau mahasiswanya sih cuma 13 orang, tetapi di sini banyak perawat lansia, juga warga Indonesia yang menikah dengan warga Jepang sehingga sudah menjadi penduduk sini.  Momen seperti lebaran, turnamen, acara budaya, adalah ajang berkumpulnya kita semua, silaturahim masyarakat Indonesia di Tokushima. Jika sudah berkumpul begini, rasanya tidak sedang di mana-mana tetapi ya di Indonesia 🙂 . Syukur kepada Tuhan untuk karunia keluarga yang Ia beri, baik di negeri sendiri maupun ketika di negeri orang.

Begitulah sekelumit cerita Idul Fitri tahun ini. Selamat hari raya Idul Fitri teman-teman semua. Mohon maaf lahir bathin yaa… Biar udah lama lebarannya, tapi boleh donk ngucapin lagi…. 😀

Salam saya,
Titik

11 thoughts on “Serba-Serbi Cerita Lalu part III: Idul Fitri di Negeri Sakura

  1. Ejawantah's Blog says:

    Indahnya kebersamaan di negeri Sakura ya Mba. Walau jauh dari negeri kita, namun kita dapat merasakan dengan keluarga besar di sana. Membaca ini ikut merasakan kehangatan dan kebahagian yang disana.

    Sukses selalu
    Salam
    Ejawantah’s Blog

  2. monda says:

    wah…Tik. ..ikut menunggu lebaran ya, terima kasih ya…
    btw Tik maaf ya…, kalau bisa jangan pakai plastik deh masak ketupatnya, daun pisang juga nggak ada? Plastik kan nggak boleh kena panas .., bahaya buat kesehatan / karsinogenik

Any comments?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s