Merakit mesin penenun hujan
hingga terjalin, terbentuk awan.
Semua tentang kebalikan
terlukis, tertulis, tergaris di wajahmu.
Keputusan yang tak terputuskan
ketika engkau telah tunjukkan
semua tentang kebalikan
kebalikan di antara kita..
Kau sakiti aku,
kau gerami aku,
Kau sakiti, gerami, kau benci aku
Tetapi esok nanti kau akan tersadar
Kau temukan seorang lain yang lebih baik
Dan aku kan hilang, ku kan jadi hujan
Tapi takkan lama, ku kan jadi awan
Merakit mesin penenun hujan
Ketika engkau telah tunjukkan
Semua tentang kebalikan
Kebalikan di antara kita
*
**bersenandung sambil menikmati gerhana bulan yang berlalu cepat sore tadi. Ada yang lihat?!**
***hawa gerah. Kemarin lusa bau tanah basah sudah menghampiri hidung, segar.
Malam ini pun hujan menghambur memeluk bumi yang merindui. Hmm…sudah masuk musim hujan (kah?)***
Mba Titiiiiik….
Di Bandung mah masih gerah tuuuh, belum dateng ujan nya 🙂
Aniwei ngomong2 tentang kebalikan, Kayla belakangan ini lagi ribet dan memilih hari sabtu sebagai hari kebalikan lho…ngikutin nobita katanya…hihihi…
Tapi jadi pusing banget, kalo mau makan bilangnya udah kenyang,kalo pengen main bilangnya mau ke kamar dulu…oh Tuhanku!
Hadeh….susah donk ngobrol sm Kayla kalo hari Sabtu… Hahaha…
Semalam saya sibuk menggalau dengan Payung Teduh di Purna Budaya, mbak. Jadi nggak lihat gerhana bulan hehe. Ini salah satu lagu favorit saya, sama “Sepasang Kekasih yang Bercinta di Luar Angkasa”
Iyaaa…yg itu aku juga suka…
Kata TV gerhananya disebut …
Gerhana Bulan tidak Kasat Mata …
🙂
Salam saya Tik
Iya Om, gerhana penumbra..
Tapi masih terlihat bulannya kroak separo sampai utuh lagi. Tapi cepet banget itu Om..
Di sini cuacanya unpredictable banget nih…panas dan hujan datang sesuka hati aja, hehe…
Iya kak, di sini juga…
di Pontianak lagi sering hujan, tapi gak musim hujan seh, soalnya kalau gak hujan sehari langsung panas >.<