Masa kecil saya dulu dihabiskan di rumah simbah yang berada di daerah pedesaan. Rumah berbentuk joglo yang sebagian besarnya berlantai tanah, hanya pendopo saja yang sudah diplester. Memiliki halaman depan dan belakang yang luas. Kalau nyapu pegel Saudara :D. Untung waktu itu saya masih kecil, jadi tugas menyapu saya cuma sedikit, misalnya nyapu dapur saja. Tapi dapurnya orang dulu hampir satu rumah sendiri. Luas.
Di daerah pedesaan, pada umumnya setiap rumah mempunyai peliharaan unggas: ayam kah, bebek kah, menthok kah. Ada juga yang punya kambing bahkan sapi. Di rumah saya, (almh) Ibu memelihara unggas: ayam dan menthok. Pernah juga mempunyai bebek. Di dalam rumah juga ada kucing. Nah kalau waktunya kasih makan, Ibu memanggil unggas-unggas itu dengan panggilan yang berbeda.
“Kur…kur…kur..kur…kur…” maka ayam-ayam akan berkumpul dan menyerbu bubur dedak buatan Ibu.
“Ri..ri..ri..ri..ri..ri…” nah, kalau yang ini panggilan untuk bebek-bebek.
Kalau menthok gimana? “Thi…thi…thi…thi…”
Ternyata binatang punya bahasanya sendiri-sendiri ya. Setelah saya perhatikan, panggilan untuk bebek dan menthok itu sama dengan nama anak-anak mereka. Di Jawa, anak binatang ada nama-namanya sendiri. Anak bebek disebut ‘meri’, anak menthok disebut ‘minthi’. Tetapi untuk ayam, sepertinya bukan dari nama anak ayam (karna nama anak ayam adalah ‘kuthuk’), tetapi dari suara induk ayam ketika memanggil anak-anaknya. Kurang lebih bunyinya ya ‘krr..krr…krrr..krrr….’ gitu lah. π
Di rumah, kami juga punya kucing. Dan karna di kampung, kami tidak biasa menamai kucing kami. Jadi kami panggil saja dengan ‘Manis’. Kalau ngasih makan, kita panggil ‘nis..nis..nis..nis…’ dan si kucing pun akan mendekat. Ketika pindah ke rumah Bapak sendiri (rumah simbah kemudian ditempati oleh Om adiknya Ibu) yang sedikit lebih kota, baru saya tahu kalau kucing juga dipanggil dengan sebutan ‘Ipus’. Dan waktu kecil itu, menyebut kucing dengan Ipus rasanya lebih keren daripada menyebutnya Manis. Hihihi…dasar perasaan yang aneh . Kalau sekarang, kucing seperti juga anjing, sudah banyak diberi nama, sehingga memanggilnya tinggal memanggil namanya saja.
Eh…btw, kenapa tiba-tiba saya nulis ini? Karena… Kejadiannya waktu saya jalan-jalan ke botanical garden di pulau Awaji (pulau kecil di antara Shikoku dan Honshu). Saya bersama sensei & 2 teman naik boat bebek yang dikayuh itu sambil membawa makanan ikan. Ternyata kami dibuntuti bebek-bebek yang juga berebut makanan yang kami sebar. Setelah selesai berputar, ternyata makanan ikan di tangan saya masih ada. Lalu reflek mulut saya memanggil bebek-bebek itu “ri..ri..ri..ri…” dan saya taburkan sisa makanan itu ke mereka. Saya surprise sendiri, eh…panggilan itu…entah sudah berapa belas tahun saya tidak menggunakannya ternyata masih tersimpan dalam chip memori di kepala saya.
Nah, kalau pengalaman teman-teman dengan panggilan kepada binatang peliharaan bagimana? Apakah sama dengan pengalaman saya? Apa di daerah teman-teman cara memanggil unggas, kucing, dan binatang lain juga sama dengan cara saya tadi? Share yuk… π
Salam saya,
Titik ^_^
kalau aku panggil ayam atau bebek dengan mendecak ya… ck ck ck…
pastinya bukan bahasa daerah, soalnya aku tinggal di Jakarta terus sih. Bahasa Betawi mungkin π
Atau mungkin bahasa binatang itu sendiri ya Kak… π
Kalau di tempat saya, ck ck ck untuk memanggil cicak. Mungkin karna suara cicak seperti itu. Tapi kadang cicaknya tidak mendekat malah kabur. Hahaha….
Kalau aku dulu ngasih makan merpati manggilnya ‘thu..thu..thu..thu..’ *tp kalau di tulis kok jadi aneh ya … lol …
wah…kalau merpati di tempat saya manggilnya apa yaa…
ada juga panggilannya, tapi karna saya ndak punya merpati, jadi lupa deh…
Makasih tambahannya Pak… “thu…thu..thu…” hihihi….
Sama Mbak, saya juga menggunakan panggilan ri..ri…{berasa manggil diri saya sendiri neh} utk panggilan anak bebek. Kur..kur..utk ayam. TApi kalau kucing seringnya manggil pus..pus…
Hahahaha….. Kalau manggil diri sendiri kan cukup sekali dua kali.. Hihihi…
Sekarang sy juga lebih sering menggunakan Ipus untuk “mbahasa’ke” kucing ke anak-anak..
Oh gitu…
Aku mau panggil cicak ‘yah yah yah yah…’ kan sawiyah, hihihi π
Kamu kalau manggil bapakmu bukan Ayah to Un? Jangan sampai kesliru lho ya… π
rumah kami dulu juga banyak binatang piaraan, ada entog, angsa dan ayam
tapi yg mbahasake ya cuma si ayam aja, sama kr ..kr… juga
kl mbahasake kambing ya mbek…
kalo kambing juga dibahasakan ‘mbek’…hihi…
kr..kr…krr tiu sama memanggil ayam tapi skr aku jarang lihat ayam hisup berkeliaran mbak disekitar rumah
sekarang kebanyakan ayam malah di kulkas ya mb… π
Kalo panggilan kucing di tempat saya …. Puss … puuuuusss … puussss …
gitu Tik …
salam saya
Om pasti orang kota… ^^
Terngiang dg kur…kur..kur nya Jeng Tt, Babon dengan belasan kuthuk yang imut. Kisah tokoh yang pandai bahasa binatang sang Anglingdarma. Salam
Kisah tentang beliau selalu menginspirasi Bu… π
Kalo panggilan hewan peliharaan untuk burung daraku biasanya ” tu tu tu..” bahkan kalo udah kelaperan denger pintu dibuka ja lsg nyamperin… hihihi.
oia, ada sesuatu untukmu di postingan terakhirku… hehehe..
Hahaha….sama kaya di tempat Pak Wong Cilik yaa…
Btw, terimakasih awardnya π
..
podho persis karo tempatku Tik.. ^^
yg lebih pinter lagi sapi pembajak sawah, mereka bisa ngerti bhs inggris..
petani pembajak sawahnya suka teriak, her..her.., his.. his…, cak… ^^
..
Cieee…udah balik ke dunia perblogan lagi… Welcome back Ata… π
Dikampung saya manggil bebek dan ayam, kayaknya sama deh Tik..Kambing dipanggil mbek..tapi kerbau dan sapi dipanggil menurut feeling yg punya hewan saja. Kalau sapinya coklat dipanggil si coklat. Kalau kerbaunya besar kepalanya di panggil si gadang kapalo..Cuman kucing panggilnya pus..pus..tuh…
si gadang kapalo itu artinya si kepala besar ya Uni? Wah…tambah kosakata ni… π
bebek jepang dipanggil ri…ri…. mau juga?
Mau aja mb…sudah bau pelet soalnya π