Solitaire dan Sendiri

Ketika mendengar kata ‘solitaire’ sebagian besar teman-teman akan teringat pada permainan kartu di komputer. Tetapi bagi saya, ketika mendengar kata itu, ingatan saya langsung pada sosok pribadi yang suka melanglang buana sendirian. Ya, itu yang ada dalam benak saya. Sekian waktu yang lalu seorang teman saya bilang: “Mas X itu solitaire banget, sukanya ke mana-mana sendiri. Wira-wiri ke sana kemari.” Mungkin pernyataannya itu yang akhirnya tertanam dalam hati saya sehingga setiap saya mendengar kata solitaire, sosok seperti mas X-lah yang terlintas. Lalu ketika di sini, bersama dengan teman-teman dari berbagai negara, ketika memperkenalkan diri dan teman-teman menanyakan status (pernikahan), maka untuk memperhalus istilah single, kami menggunakan istilah solitaire. Rekan saya dari Rwanda yang pertama mencetuskan istilah itu. Diambil dari bahasa Perancis yang pernah menjadi bahasa nasional Rwanda. Agak sengau di akhir, jadi kami menangkapnya seperti: solitero. Jadi akhirnya pemahaman saya tentang solitaire menjadi seperti itu: seseorang yang ke mana-mana sendirian dan seseorang yang masih single. Dari dua itu memang bisa ditarik satu benang merah.

SENDIRI. Berbeda dengan apa yang terlintas ketika mendengar kata solitaire, setiap mendengar kata ‘sendiri’ dalam benak saya adalah sebuah ruang kosong, ruang tunggu, pantai, atau halaman luas dan hanya ada seorang saja di sana. Ya, sendiri. Itu yang seketika terlintas dalam ruang imajinasi saya. Mungkin begitu spontanitas berpikir seorang introvert ya. Tetapi ketika saya periksa di KBBI online, ternyata makna sendiri di sana adalah 1. seorang diri; tidak dengan orang lain; 2. tidak dibantu (dipengaruhi) orang lain; 3. tidak dibantu alat lain; 4. kepunyaan yang disebut; 5. diri dari yang bersangkutan. Baiklah, artinya spontanitas pikiran saya dengan KBBI cocok, jadi seharusnya kata penghubungnya tadi bukan ‘tetapi’ melainkan ‘dan’.

Sendiri dan pribadi mandiri. Apa hubungannya? Mari kita cari. Hehe…

Mandiri, menurut KBBI berarti keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain. Sedangkan sendiri, menurut makna kedua di KBBI, berarti tidak dibantu (dipengaruhi) orang lain. Jadi, dia melakukan atas inisiatif sendiri dan dilakukan oleh dia sendiri tanpa bantuan orang lain dan tidak bergantung orang lain. Mandiri sekali bukan? Saya tidak berani mengatakan diri saya ini pribadi yang mandiri. Tetapi saya memang pribadi yang sendiri. Maknailah sebagai makna pertama menurut KBBI. Mungkin ini yang dinamakan adaptasi. Dulu saya tidak bisa makan sendiri. Tetapi sekarang, bukan hanya makan, semuanya hampir saya lakukan sendiri. Mungkin kesendirian itu yang akan mengajarkan saya menjadi pribadi yang mandiri. Ketika saya harus menyiapkan segala keperluan saya sendiri, ketika saya harus mengatur keuangan saya sendiri, bahkan ketika saya juga harus bisa bersenang-senang sendiri. Bersenang-senang sendiri? Hehe… Saya suka bersepeda sendiri menuju taman sambil bawa kamera. Jepret sana sini sesuka hati. Dan saya senang. Menyenangkan diri sendiri dan bersenang-senang sendiri. Apakah itu bisa disebut mandiri? Entahlah.

Apakah pribadi yang mandiri tidak butuh bantuan orang lain lagi? Untuk benar-benar tidak membutuhkan bantuan orang, saya rasa tidak mungkin. Semandiri-mandirinya kita, tetap kita masih butuh bantuan orang lain. Karna masing-masing pribadi memiliki perannya masing-masing dalam hidup bermasyarakat. Seorang wanita mandiri yang akan melahirkan, tetap saja dia butuh dokter atau bidan untuk membantunya melahirkan. Itu salah satu contoh mudahnya. Yang lain, silakan cari sendiri. Hehe…#penulis malas #melet.

Saya pernah punya cerita yang membuat saya merasa bodoh dengan ‘kemandirian’ saya. Ceritanya jaman kuliah dulu, saya dan teman-teman mengontrak satu rumah. Berlima kami tinggal bersama. Dan karena rumah kami nyaman, hampir setiap hari ada saja yang mengunjungi kami, termasuk dia yang ehm..ehm..ada di hati. Suatu hari ketika si dia berkunjung dan kami berdua sedang mengobrol di ruang tamu, tiba-tiba teman saya yang sedang mencuci teriak-teriak dari belakang. Rupanya kran di tempat mencuci jebol. Saya langsung lari ke belakang dan dengan sok pahlawan langsung beraksi menyelesaikan masalah kran jebol tersebut. Sementara itu si dia yang juga mendengar teriakan teman saya, menggulung celana panjangnya dan menuju ke belakang. Ketika sampai belakang, saya sudah selesai membetulkan kran yang jebol. Dia tampak kecewa. Lalu bilang: “kamu ini semua bisa sendiri ya, jadi single fighter terus aja…”. Saya patah hati seketika. Rasanya ingin diputar balik waktunya dan berpura-pura tidak sanggup membetulkan kran itu sehingga dia bisa turun tangan dan menyelesaikannya. Dia merasa dibutuhkan dan saya pun bisa berterimakasih padanya atas bantuannya. Lebih romantis kan?

Yah, pesan moralnya adalah: laki-laki senang jika merasa dibutuhkan, jadi hai perempuan, buatlah laki-laki merasa dibutuhkan, asal jangan berlebihan kalau tidak mau dibilang manja. Segala yang berlebihan itu memang tidak baik. Terlalu mandiri juga tidak baik, terlalu bergantung pun tidak baik. Jadi, bersikaplah mandiri tetapi berikan juga ruang bagi pasanganmu, temanmu, keluargamu untuk menjadi ada, merasa dibutuhkan, dan melakukan perannya.

Demikian. 🙂

Tulisan ini diikutkan pada perhelatan GIVEAWAY :  PRIBADI MANDIRI yang diselenggarakan oleh Imelda Coutrier dan Nicamperenique

21 thoughts on “Solitaire dan Sendiri

  1. nique says:

    hehehe saya banget tuh!
    semua dikerjain sendiri.
    apa2 serba bisa, sampai yg laki2 tinggal mlongo aja bingung mo ngapain hihihihi
    tapi sekarang sebaliknya
    semua serba (seolah) nggak bisa
    jadi sedikit2 manggil suami
    kayaknya manjanya gak ketulungan hahaha

    Semoga nanti mbak Titik dapat suami yang memang butuh wanita mandiri yah … aamiin!

    Makasi sudah berpartisipasi ya mbak

    Nanti kalo sudah punya suami mungkin saya juga keluar sifat manjanya kali ya mb. Hehe…
    Amin.. Mudah2an dapat suami yang nggak protes istrinya kerja, yang mau bantuin istrinya kasih ASIP buat si baby, yang mau bantuin istrinya gantiin popok si baby, yang mau bantuin…. Lho?? Belum apa2 udah banyak minta dibantu.. Hahahaha…. 😀

  2. Ngai says:

    pokoknya pesen ke mb T, gak boleh manjat genteng sendiri..
    biar masnya ajah, atau berdua deh biar romantis..

    sukses wat kontesnyaaaa…!

    hahaha…..berduaan di genteng lucu juga kali ya Ngai..
    Xixixixi…. 😀

  3. mimi radial says:

    bener kata jeng titik, biasanya laki2 sgd suka jika dia merasa dibutuhkan, heran beneran dg diri sendiri jg, koq skrg apa2 musti suami , apalagi soal masang bohlam lampu, pdhl dulu jagonya tuh hehehe. kenapa y ???

    Masang bohlam lampu biar suami aja Mi.. Daripada kaya saya lho, si dia ngambek gara2 merasa nggak dibutuhkan.. Hihihi…
    Biarkan yang (sepertinya) tugas pria itu dilakukan kaum laki2 😀 #kita yang ringan2 aja 😛

  4. Ahmad Saleh Muslimin says:

    kita gak bakalan tahan mbak kalau semuanya terus dikerjakan sendirian… we need someone beside us, accompanying us in either sad or happy moment..

    Yup..yup..adik kodrati manusia kan ya, makhluk individu dan makhluk sosial (begitu yang kubaca di buku PPKn jaman sekolah dulu :D)

  5. Puteriamirillis says:

    ya ti…kadang begitu deh laki2 gengsinya keluar jika kita butuhkan.berasa gmn gitu…
    apa kabar ti?

    Kalau dianggurin juga ngambek dianya ya mb.. Hihi…
    Kabar baik mb Pu. Mb Pu apa kabar?

  6. Orin says:

    Bener bgt T, para lelaki itu malah tersinggung kalo semua2 bisa kita lakukan sendiri, walaupun bisa mungkin memang kurang pantas ya, kecuali kalo kepepet toh? hehehehe

    Begitu ya mb? Harusnya seneng ya kalo pacar/istrinya bisa apa2 sendiri. Tapi trus cowo’/suaminya ngapain kalo gitu? Hihi…

  7. masbro says:

    Wkwkwkwkwk….

    Iya, harusnya pura pura nggak bisa mbetulin kran jebol Mbak, biar si ehem ehem punya peran. Tapi ya mau bagaimana lagi, sudah berlalu 🙂

    Di sisi yang lain, perempuan akan terlihat lebih cantik manakala mampu berdiri di atas kaki sendiri.

    Salam sukses Mbak TT

    Nah, ini kata laki-laki ni: perempuan terlihat lebih cantik manakala mampu berdiri di atas kaki sendiri aka mandiri.
    Sip masbro… 😉

  8. krismariana says:

    Tt, kalau di luar negeri memang sepertinya banyak hal yang memaksa kita untuk mandiri ya. Aku belum pernah sih. Tapi bisa membayangkan deh. Kalau di sini sih, kalau ada masalah bisa segera cari teman atau bantuan. Tetangga juga selalu ada. Tapi kalau soal bantuan laki-laki, hehehe… aku kadang malas, jadi kalau ada hal-hal sulit semacam kran itu, pasti minta tolong suami :p Padahal sebenarnya sederhana ya. Dan aku sudah beberapa kali lihat orang membetulkan kran. Tapi ya gitu deh, males :p

    Nah kan, padahal membetulkan kran itu kan sederhana, perempuan juga bisa. Tapi kalau pas ada laki-laki, memang baiknya serahkan pada laki-laki saja ya mb 😀

  9. Mabruri Sirampog says:

    betul sekali, mandiri bukan berarti sepenuhnya harus dikerjakan sndiri. masing2 punya perananannya sendiri, dan mungkin bsa dikatakan sukses mandiri, bila mampu mngerjakan dg baik ssuai dg perannya itu.

    Wah, Mabruri menambahkan dengan begitu indah.. Terimakasih ya brader…

  10. advertiyha says:

    kok aku malah tertarik dengan mas X ya??
    hayooo siapa?? hihihi…
    keren tuh mbak, bikin istilah single jadi Solitaire, atau lebih sip jadi Uno.. 🙂

    sukses mbak T…

    Hayoo siapa?? 😉
    Uno itu satu to mb? Jadi inget lagunya Caca Handika: angka satu 😀

    • thakil says:

      iya, aku juga malah penasaran sama si mas X nya itu. siapa sih mbak?? kasih tau dooonk.. via email jg boleh kok. janji deh ga bakal disebarin, paling cuma jadi bahan postingan aja hahahhaha #kabur

  11. Bibi Titi Teliti says:

    mba Titik sepertinya harus sering sering nonton drama korea deh…
    dan belajar trik bagaimana caranya supaya menjadi pribadi mandiri…tapi tetap cute dimata cowok…halah…hihihi…

  12. Imelda says:

    hihihi kalau soal listrik malah si Gen suruh anak-anak tanya aku. Dia udah nyerah duluan 😀
    Tapiiii semandirinya kita memang kadang kita harus menghargai lelaki dan minta bantuannya… 😉 (Taktik mendapatkan cowo nomor 1)

Any comments?