Hujan merintik sore itu, ketika kurebahkan tubuhku sejenak melepas lelah. Kubuka-buka tulisan kawan di dunia maya, lama tak bermain-main ke sana dan berkomunikasi dengan mereka. Memang hanya sempat kubaca tanpa meninggalkan jejak apa-apa. Sampai juga aku ke halamanmu, ada dua pembaharuan di sana yang belum kubaca. Dan aku tertegun. Dua tulisan itu menyiratkan sebuah kode, yang seolah kaukirimkan untukku: aku sedang berada di kota yang sama denganmu, Mel!
Semenjak malam itu, setelah pembicaraan panjang melalui fasilitas chatting itu, aku memutuskan untuk menutup pintu komunikasi di antara kita, juga menghapusmu dari daftar teman di facebook-ku. Kamu memahami itu dan menerimanya. Tetapi ternyata tak putus sama sekali. Kamu masih sering mengirimkan kode-kode melalui tulisanmu, juga status di YM!-mu, meski kita tak melakukan komunikasi di sana. Dan dua tulisanmu ini, lagi-lagi adalah kode yang kau kirim untukku (ah, mungkin hanya ke-GR-anku saja). Aku pun tersenyum. Sudah 6 tahun kita tak bertemu, kamu berada di belahan dunia mana, dan aku di belahan dunia yang lain. Lalu dua tahun yang lalu kita dipertemukan oleh facebook, dan kita berkomunikasi, berbagi kabar melaluinya. Hingga akhirnya sesuatu menuntun kita untuk membatasi komunikasi demi kebaikan bersama. Dan saat ini, kita sedang sama-sama berada di kota yang sama. Tuhan pasti sedang punya rencana dengan menaruh kita pada titik yang berdekatan di koordinat bumi ini setelah terpisah sekian jauhnya selama bertahun-tahun. Setidaknya rencana untuk mempertemukan kita.
Kuketikkan di kolom pesan facebook, yang meskipun telah tak berteman tetapi kita masih bisa mengirimkan pesan (ah, aku membuka kembali komunikasi denganmu): “Sedang ‘menikmati’ riuhnya Jakarta? Mampirlah.” lalu kukirimkan padamu. Tak lama notifikasi berbunyi di handphoneku, ada pesan masuk di facebook. Darimu. “Bener boleh mampir?“. Kubalas dengan tanda senyum saja, dan kamu paham bahwa itu berarti anggukan.
Kamu masih sama, Gen, sama sekali tak ada yang berubah. Masih kurus, masih sipit, masih sederhana meski telah melanglang buana ke berbagai negara. Dan pertemuan setelah enam tahun tak bersua pun seolah menjadi pemecah kebekuan yang sesaat ada di antara kita setelah malam itu. Kita bercakap, bercanda, tertawa, seperti dulu saat kita masih bersama tetapi dengan kesadaran bahwa kini semuanya telah berbeda. Benar dugaanku, Tuhan punya rencana.
Di tengah kita bercerita, dari dalam terdengar sebuah lagu yang dulu pernah menjadi soundtrack hidup kita. Lalu tiba-tiba kita sama-sama terdiam, saling pandang, dan seolah tau apa yang ada di pikiran masing-masing, kita meledak dalam tawa. Tak terbayangkan jika lagu itu terdengar saat-saat dulu, sudah pasti aku tergugu. Tapi kini, kita bahkan bisa tertawa bersama.
Setelah ini, entah kapan lagi Tuhan akan mempertemukan kita. Semoga pada saat itu, kita bisa dipertemukan dalam keadaan yang ‘lengkap’: kamu bersama istri & si kecilmu dan aku pun begitu. Dan segala yang ‘masih ada’ dari masa lalu kita, semoga telah tiada pada saat itu.
Salamku untuk belahan jiwamu & buah hatimu.
Mb T.. klo yang model begini, fiksi atau bukan sih..? :
#pengkondean.. π
Xixixi…seperti taglinenya blog ini Ngai: dengar, lihat, dan rasakan.. π
Rasakan sendiri ini fiksi atau bukan.. π
#pengen mbakmu segera dikonde ya Ngai?
pingin banget.. Mb T pake rangkaian melati.. cantiknyaa..^^
kenapa mb T malah terbayang (almh) Susana ya Ngai? Hehehe… π
Dah balik, mbak?
insyAllah sudah..
Mudah2an bisa rajin posting meski cuma foto π
Saya ikut membaca saja, dan tak terlalu memasalahkan ini nyata apa fiksi…
Salam ya Mbak…
Komen yang anti biasa…
Salam Pak Mars, semoga semua murid sukses dalam UN tahun ini. Amin.
ah…kok namanya Gen sih hahaha
sambungannya Genta ya?
wih…kak Em masih inget aja serial Genta π
Speechless mo ngomentarin apa hihihii
Jadi kapan komennya, Teh?
Hihihi…..