Lihatlah dari sisi yang lain… (1)

Tentang meletusnya Gunung Kelud dan hujan abu yang turun di sejumlah daerah di Jawa menyisakan banyak kisah. Malam itu (13 Februari 2014) salah seorang teman menulis status di FB kalau mendengar suara gemuruh lalu menduga-duga apakah Gunung Kelud sumber suaranya. Saya yang sudah tiduran di kamar bergegas keluar dan menyalakan TV. Reporter TV menyiarkan meletusnya Gunung Kelud dengan latar belakang kilatan-kilatan ngeri di langit hitam. Group di WhatsApp pun mulai ramai. Malam itu kengerian yang pernah kurasakan saat meletusnya Gunung Merapi kembali terasa.

Esok paginya, saat bangun tidur sekitar pukul 5, rasanya ingin segera keluar rumah. Dan saya begitu syok mendapati halaman rumah sudah berwarna putih, meski masih ada sisa tanah yang bersih dari abu di bawah teras. Saya membangunkan ponakan dan menyalakan TV. Pagi itu grup WhatsApp sudah ramai sejak subuh. Saya tak juga beranjak dari kasur di depan TV, menyimak berita di TV dan obrolan di WhatsApp. Hari masih gelap, padahal ketika kulihat jam, waktu sudah menunjukkan pukul 6 lebih. Menjelang pukul 7, langit menjadi merah. Merah seluruhnya. Jujur saja, saat itu saya justru takjub, ya Tuhan indahnyaa… Pukul 8 langit mulai tampak seperti pukul 5:30 biasanya. Hujan abu masih deras. Saya masih belum memutuskan untuk berangkat kantor karna derasnya hujan. Manajemen segera rapat darurat dan tak berapa lama memutuskan meliburkan kantor karna hujan abu yang cukup deras. Ya, memang pagi itu sangat deras. Saya keluar dengan payung transparan, dan hanya beberapa detik payung saya sudah semacam di foto ini.

Hari itu saya memutuskan diam di rumah tanpa keluar-keluar. Kemarin habis belanja barang kebutuhan, termasuk makanan2 instant. Tapi namanya ‘harus’ terkena bencana, ternyata kompor di dapur error gasnya (ngesess..) plus air galon pun habis. Jadi sama saja tidak bisa bikin ind*mie rebus atau semacamnya untuk isi perut. Bersyukur sekitar pukul 10 pacarnya ponakan datang bawa air mineral 1,5 liter dan makanan kecil. Lumayan lah untuk sarapan. Sekitar pukul 11, saya mendengar suara Bapak kontrakan membersihkan halaman. Wah, sebelum halaman kontrakan ikut dibersihkan Bapak, lebih baik segera menyingsingkan lengan baju, dan membersihkan halaman. Apa kata dunia kalau sampai Bapak yang membersihkan halaman kontrakan. Jadi siang itu saya dan Bapak, berdua membersihkan halaman, Bapak membersihkan halaman kost2an, saya membersihkan halaman kontrakan. Hasil pengumpulan abu diserahkan pada Bapak untuk disingkirkan 😀

Selesai bebersih halaman, ada teman datang membawakan makan siang. Karna dipikir cuma dekat, teman saya ini tidak memakai mantel untuk menutup badannya. Hasilnya, sampai kontrakan saya, baju, celana, dan semuanya penuh dengan abu. Aduh Man..Man.. Tapi terima kasih banyak bantuan logistiknya ya.

Hari itu memang kami diam di dalam rumah, ‘menikmati’ hujan abu yang cukup tebal. Tapi masih ada banyak hal yang bisa disyukuri dari kejadian hujan abu itu. Bersyukur masih bisa dibersihkan, bersyukur masih ada persediaan ataupun bantuan makanan, bersyukur ketika melihat berita di TV, tidak banyak korban dan para pengungsi pun aman.

Alam menyeimbangkan dirinya. Gunung meletus, insya Allah, akan mendatangkan kebaikan nantinya. Keseimbangan alam, kesuburan tanah, pun kebersamaan warga. Berdoa semoga para korban nyawa maupun harta benda boleh diberi keikhlasan dan kekuatan untuk menerima ‘anugerah’ dari Tuhan ini dan kita semua juga boleh belajar dari setiap kejadian di muka bumi ini… Aamiin..

.

*iyee…ini emang postingan telaaaaat banget.. biarin ah, buat catatan pribadi ^_^

21 thoughts on “Lihatlah dari sisi yang lain… (1)

  1. vizon says:

    Tik… sejujurnya aku juga mau bikim tulisan edisi telat ini.. Tapi gak pede… Aku juga mau buat ah, kan ada temennya, hahaha… Bentar ya, nanti aku balik lagi.. 😀

  2. monda says:

    Ti.., biar edisi telat.., tapi mungkin karena sudah mengendap idenya ceritamu jadi lebih lengkap gambarin suasana saat itu..

    dan lagi …, waktu itu karena banyaknya cerita tentang Kelud malah jadi nggak nyemak banget….

  3. hilmanfirdaus1410 says:

    iya yah. selama ini dengar di televisi yang dibahas selalu kerugian materi sekian milyar rupiah, padahal kan bencana alam bukan melulu tentang materi. .
    saya ingat salah satu wawancara wideshoot metro tv dg ketua salah satu ormas tanggap bencana di lereng gunung kelud. katanya: gunung kelud itu sahabat kita, kemarin dia menyapa jadi kita harus menyambutnya..
    sungguh pandangan yg optimis 🙂

  4. katacamar says:

    selalu ada hikmah dibalik kejadian..
    cuma masalahnya seberapa ingin manusia belajar dari kejadian itu…

    semoga segera berlalu musibah-musibah dinegeri ini..
    hamba mohon ampun ya Allah

  5. nh18 says:

    Adduuhhh …
    Itu sampai putiiihhh semua ya Tik …
    kebayang betapa banyaknya debu yang beterbangan dari langit hari itu …

    Semoga bencana cepat berlalu …
    dan kehidupan berjalan normal kembali …

    (BTW : sekarang sudah berangsur normal kembali kan Tik ?)

    Salam saya

    (26/2 : 10)

Any comments?