Mengundang Bapak ke Jepang…

Baca postingan Bu Enny yang sedang mengunjungi putrinya di Jepang, saya jadi ingin menuliskan juga kunjungan Bapak ke Jepang sebelum saya pulang kemarin. Dan tentang kepergian Bapak ke Jepang ini pun menjadi pertanyaan teman-teman ketika bertemu saya. Ya, mereka sudah melihat fotonya di facebook tetapi memang saya tidak cerita-cerita sebelumnya kalau Bapak mau ke Jepang, jadi mereka cukup terkejut. ๐Ÿ™‚

Ceritanya, sekitar bulan November ketika saya menelepon Bapak via skype, Bapak bertanya: “kamu besok pas wisuda terus siapa yang menemani?”. Ada rasa entah yang menyusup di hati yang membuat saya merinding ketika Bapak bertanya begitu. Dalam hati saya merasakan keinginan Bapak untuk mendampingi saya wisuda, karna setiap pencapaian anak-anaknya adalah kebanggaan untuknya. Tetapi saya juga melihat kekecewaan dari pertanyaannya karna tidak bisa menemani wisuda saya. Bagi Bapak, pergi ke Jepang mungkin adalah kemustahilan. Tapi saya jadi mikir-mikir, kenapa enggak mengajak Bapak ke Jepang, mumpung Bapak masih sehat dan mumpung saya masih di Jepang? Kesempatan kan gak datang dua kali. Yup, akhirnya saya menawarkan pada Bapak untuk ke Jepang saat saya wisuda. Awalnya Bapak ragu, takut keluar biaya banyak. Tapi setelah saya bujuk, Bapak ndak ragu lagi. Jadi kita mulai tahapannya. Pertama membuat paspor.

Seperti prosedur pembuatan paspor yang saya baca di sini, Bapak harus melengkapi syarat-syarat pembuatan paspor, di antaranya bukti domisili (KTP & KK), bukti identitas diri (bisa pilih salah satu: akta kelahiran, akta perkawinan/surat nikah, ijazah, surat babtis, atau surat keterangan lain yang dikeluarkan pemerintah). Nah, untuk KTP & KK sih gak ada masalah. Tapi untuk bukti identitas diri, Bapak sempat bingung juga. Akte kelahiran, Bapak sudah gak punya. Surat nikah, sebenarnya ada, tapi sudah agak rusak begitu. Ijazah, yaaah…sudah gak ada juga. Jadi kemungkinannya hanyalah surat babtis. Bapak dengan semangat mengayuh sepeda ke gereja (ya, Bapak kalau sedang semangat memang begitu, berani bersepeda ke mana-mana). Bapak mau minta surat babtis dari gereja. Di gereja kan ada arsipnya. Waktu ditanya untuk apa, Bapak menjawab: untuk ke Jepang. Haha..Bapak gaya banget.

Berkas-berkas untuk pembuatan paspor sudah lengkap baik untuk Bapak maupun untuk kakak (Bapak ke Jepang diantar kakak). Tapi….di sela-sela itu Bapak jatuh sakit :(. Semangat Bapak untuk ke Jepang pun menyusut. Saya menyerahkan ke Bapak bagaimana baiknya, karna yang paling tau kekuatan Bapak kan Bapak sendiri. Yang penting saat itu Bapak sembuh dulu. Nanti setelah sembuh baru dipikirkan lagi. Dan setelah Bapak sembuh, ternyata Bapak masih punya keinginan untuk ke Jepang. Malah langsung bilang sama saya kalau mau ngurus paspor hari Senin. Wah, senangnyaa. Selama Bapak mengurus paspor, saya pun mencari tiket untuk Bapak dan kakak.

Sebagai anggota Persatuan Pelajar Indonesia (PPI), kami mendapatkan perlakuan khusus dari Garuda Indonesia. Pihak Garuda memberi discount khusus tiket untuk mengundang keluarga ke Jepang. Saya pun memanfaatkan promo tersebut. Karna dari pemberi beasiswa jadwal kepulangan saya sudah pasti, saya pun memesan tiket untuk kembali di tanggal yang sama dengan saya. Karena memesan tiketnya online, jadi semua syaratnya dikirim dalam bentuk file. Syaratnya adalah foto paspor saya (pengundang), kartu pelajar, alien card, paspor keluarga yang diundang, dan bukti hubungan keluarga (bisa menggunakan akte kelahiran maupun KK). Semua syarat sudah dikirimkan. Eh, ada masalah, ternyata pada tanggal keberangkatan yang saya pilih, tidak ada penerbangan dari Bali karena hari raya Nyepi. Saya pun memundurkan satu hari sehingga akhirnya Bapak hanya di Jepang selama 5 hari. Tapi puji Tuhan, urusan paspor dan tiket dapat berjalan lancar.

Selanjutnya adalah mengurus visa. Seperti syarat pengajuan visa yang tercantum di website kedutaan besar Jepang di Indonesia, Bapak menggunakan jenis visa kunjungan keluarga. Saya mengirimkan undangan dan syarat-syarat lainnya ke rumah untuk kemudian digunakan mengurus visa di kedutaan Jepang di Jakarta. Kakak saya yang mengurus visa ke Jakarta, Bapak tidak perlu ikut karna bisa dititipkan kakak. Tidak sampai seminggu, visa sudah jadi dan siap diambil. Dengan demikian, Bapak SIAP pergi ke Jepang. Horeeee……

20130423-145037.jpg

keluarga yang mengantar keberangkatan Bapak

 

 

#all by His grace

35 thoughts on “Mengundang Bapak ke Jepang…

  1. Idah Ceris says:

    Akhirnyaaaaaaaaa, Bapak bisa menemani Uti juga ya. . ๐Ÿ˜‰
    Pasti senang sekalii saat disampingi Bapak (keluarga), sudah pasti.

    Rasa ribet mengurus paspor dan semuanya, terbanyar sudah dengan kebahagiaan. . ๐Ÿ˜‰

  2. ladeva says:

    Aku terharu baca ini Mbak…rasanya ya Tuhan….pasti ayah Mbak bangga sama Mbak…*langsung mikir apa ya yang udah aku kasih ke ortu* ๐Ÿ˜

  3. niee says:

    Temen juga ada di jepang.. disuruh orangtuanya pulang. ya daripada pulang ke indonesia. anaknya lebih milih ajakan ortunya ke jepang.. pasti emang membanggakan yak mbak ๐Ÿ™‚

Any comments?