Kita bertemu di suatu senja di hamparan pasir putih Pulau Lengkuas. Kamu baru saja turun dari menara peninggalan Belanda itu, sambil mengamati hasil bidikanmu di atas sana. Sementara aku, tengah mengabadikan senja seusai menemani teman-teman dari Jakarta snorkeling di pulau ini. Pertemuan yang melanjutkan kita pada hubungan tak bernama melalui komunikasi maya.
Aku benci mencintai. Aku benci membiarkan benih rasa yang tak sengaja tertabur di ladang hati ini tumbuh. Karna aku tak mau saat dia telah kokoh tertanam, sesuatu memaksanya tercerabut dari hatiku. Sakit. Tentu saja. Begitupun denganmu. Aku tak mau jatuh cinta padamu. Apalagi kita hanya tersambung gelombang maya. Semu!
Gagal!
“Happy 4th anniversary…” katamu di sambungan telepon.
“Heh? Anniversary apaan?”
“Anniversary pertemuan kita di Belitung..”
“Halaaaah!! Ada-ada saja kamu iniiii!!”
Kenapa si kamu harus lucu, kenapa kamu harus jayus, dan kenapa kamu harus menjadi sosok yang menyenangkan meski hanya mampu kudengar, tak mampu kusentuh dan takmampu kuajak jalan-jalan? Kenapa? Jawablah supaya aku punya alasan sehingga aku gagal menjauhi hal yang kubenci. Mencintai. Sementara itu beberapa hari lalu dengan tanpa malu-malu kaukirimkan undangan pernikahanmu melalui pos ke alamatku. Arrrggghhh!! Tega!
Sore ini kuputuskan menyeberang ke pulau Lengkuas lagi. Aku ingin melarung rasaku padamu di sana. Pada saat senja, persis ketika kita berjumpa. Dan aku ingin menikmati pagi yang cahayanya memantul keemasan di lautan, berpadu mesra dengan pasir putih di pulau kecil ini. Pagi adalah awal. Ya. Aku ingin mengawali hidup baru tanpamu, tanpa pesan-pesan mayamu, tanpa perhatian-perhatian semumu. Tanpamu. Karna kau bukan milikku.
Tak ada penginapan di pulau kecil ini. Aku akan minta izin penunggu mercu suar untuk mengizinkanku menumpang tidur di pos jaganya. Atau kalau tidak, memasang tenda di tepi pantai sana.
“Permisi Pak, saya Rani, tinggal di Tanjung Binga, mau minta izin numpang tidur di sini bisa Pak?”
Bapak penjaga mercu suar yang tampaknya masih muda itu menoleh ke arahku. Tubuhku melemas seketika. Pingsan. Sejak kapan kamu jadi penjaga mercu suar di Pulau Lengkuas ini????
————————————————
Word count: 316
Yeah!! Another geje FF for the 2nd day of #15HariNgeblogFF2. π
loh kok pingsan?
nah..kok iya?
Iya nih, kok malah pingsan π
tuh kan geje, makanya pada bingung. Hahaha…
yah kak, lanjutannya gimana ?
lanjutannya besok dik, di Palembang π
Bagus ceritanya, bakat nih jadi novelis π
wuaa…masi jauuh…
but anyway, thanks.. π
guanteng banget kali ya sampe pingsan gitu ya… hehehehe
mau dilupakan je malah ketemu… π
eyampuunn.. bangun lg Rani,.
eh itu ada istrinya Bapak penjaga mercusuar loh.
cantik banget orangnya, mana baekhati pulak, ckckck.
nggemesin deh..!
kereennn, cihuy ini T.. π
Haghag…istri penjaga mercu suar lagi bengong memandang perempuan yang wajahnya mirip di foto… Lalu bergidik bulu kuduknya ketika sesaat dia memalingkan pandangan perempuan itu sudah tak ada di depannya…
Haghaghag…ini kalau yg baca gk ngikutin FF Neng Orin bakal bingung ni. Kok gk nyambung sama postingannua. Hahaha…
huwaaaa…. *ikutan pengsan*
Bangun Ran! Eh, Rin!!
ckckck.. skenario jadi ketuker-tuker.
Naaaaa?? Bundo Rahmi kemariiiii….
Teh Oriiiin, Bundo Rahmi masih di Pulau Lengkuas!! Yang boncengin Jingga itu….ah…..kenapa aku jadi ikutan gila?
numpang lewat aja deh mbak π