belajar dari kupu-kupu

Note: pernah saya post di blog saya yang lain bertahun-tahun yang lalu. Dan sy sedang ingin mengingat kisah ini lagi…

————————————————————————————————

lho..kok gambarnya ulat sih?? Iya, tadinya mau kukasih judul: Belajar dari ulat.. Tapi kaya’nya kurang menarik, jadi aku ubah menjadi Belajar dari Kupu-kupu..

apa yang kamu rasain waktu ngeliat gambar di atas??

ngeri?? jijik?? gilo??

kenapa??

karna dia buruk rupa? karna dia bikin gatel? karna dia banyak bulu? karna dia tidak indah? karna dia…..

kalau lihat gambar ini… apa komentarmu??

wah..indah banget.. ya ampun, indahnya… aku suka banget…

Begitulah… Bahkan kadang kita lupa bahwa kupu-kupu yang kita puja2 itu berasal dari si ulat yang tadinya buruk rupa. Ulat menyadari kekurangannya, kelemahannya, dan dia sungguh-sungguh menyadarinya. Namun dia tak lantas terpuruk dengan keadaannya. Kesadarannya membuatnya bertahan untuk tetap melanjutkan hidup dengan segala kemampuan. Dan dia tetap rendah hati… Kerendahhatiannya membuat dia berserah akan proses yang Tuhan lakukan untuknya. Dan kita pun melihat, Tuhan meninggikan dia dengan menjadikannya kupu-kupu yang indah, yang dipuja dan disanjung. Namun, kupu-kupu tetap rendah hati. Dia menyadari keterbatasannya, kelemahannya, kekurangannya. Keindahannya tidak membuatnya sombong karna dia tahu sayap yang indah itupun rapuh…

Kadang-kadang kita menjadi ulat yang jelek dan menjijikkan. Adakah kita memiliki kerendahhatian? Atau kita malah menyalahkan keadaan? Atau bahkan kita mendaftar segala kebaikan kita dan memprotes apa yang terjadi dengan kita?? Adakah kita belajar menjadi seperti ulat yang tetap rendah hati??

Bedakan kisah berikut ini:

Dua orang yang bersalah di hadapan tuannya, sedang dimintai pertanggungjawaban..

Si A berkata: “Tuan, saya sudah mengerjakan pekerjaan dengan baik, sudah memberi makan ternak dengan baik sehingga tuan bisa mendapatkan keuntungan yang berlimpah-limpah. Jika tidak ada saya, mungkin tuan tidak akan sekaya sekarang. Maka dari itu saya pantas mendapat ampunan.”

Si A merasa dia telah melakukan banyak hal sehingga kesombongannya membuat dia lupa bahwa dia tetap bisa melakukan kesalahan. Dia kemudian bekerja seperti sebelum2nya.

Si B berkata: ” Tuan, saya mengaku bersalah. Saya lalai. Saya pantas dihukum.”

Si B sungguh-sungguh menyadari kesalahannya dan selanjutnya melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dan lebih berhati-hati.

Siapakah diantara mereka berdua yang akan mendapat hasil lebih baik? Siapakah diantara mereka berdua yang akan lebih ditinggikan oleh tuannya?

Siapa merendahkan diri, dia akan ditinggikan…

Ingat pada ulat yang merendahkan diri, dan Tuhan memprosesnya menjadi kupu-kupu yang indah…

Semoga aku bisa belajar seperti ulat dan seperti kupu-kupu….

5 thoughts on “belajar dari kupu-kupu

  1. didot says:

    hendaknya kita selalu melihat diri kita penuh dengan dosa2 besar dan merasa kecil amal2 kita,sehingga kita selalu merendahkan diri.

    kita berasal dari air yg hina,membawa sesuatu yg hina dalam perut kita selalu semasa kita hidup,dan kelak mati menjadi bangkai yg hina.

    apa yg mau kita sombongkan dihadapanNYA??

  2. tutinonka says:

    Kalau menurut saya, kita tidak perlu memandang diri kita sebagai sesuatu yang hina untuk bisa bersikap rendah hati. Kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang mulia, maka kita harus menjaga kemuliaan kita dengan menunjukkan sikap dan perilaku mulia …

    iya Bunda. Dari kupu2 kita belajar untuk mensyukuri segala keadaan kita dan tetap semangat menjalani kehidupan karna ada sesuatu yang indah yang Tuhan sediakan di depan sana. Dari dua orang yang bersalah kepada tuannya kia belajar untuk rendah hati, mengakui kesalahan dan melakukan perbaikan, bukan malah sombong telah melakukan banyak kebaikan sehingga tidak mau mengakui kesalahan dan tidak memperbaiki tindakan.

    Terimakasih Bunda tambahannya. 🙂

Any comments?