[15HariNgeblogFF2#day5] Sepanjang Jalan Braga

Juni 2011

“Paper Anda diterima untuk dipresentasikan pada Konferensi Pendidikan Matematika, 5 Juli 2011, di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.”

Kinar masih terpana membaca email yang diterimanya barusan. Jadi… Jadi papernya diterima dan dia bisa ikut konferensi di Bandung, yang artinya dia bisa pulang dengan biaya dari kampusnya? Jadi? Ini beneran? Sesaat kemudian Kinar menyadari bahwa yang dibacanya barusan memang benar dan dia tidak sedang bermimpi. Dia melonjak kegirangan dan buru-buru membuka aplikasi voip di komputernya untuk menelpon Barra, kekasihnya

“Puji Tuhan, Masss… Puji Tuhan paperku diterima. Aku bisa pulang Masss…!!” tak sabar Kinar mengabarkan berita bahagia ini pada Barra.

“Wah, Puji Tuhan. Jadinya kapan?”

“4 & 5 Juli, Mas. Tapi sayang aku tidak bisa pulang ke Jogja. Jadwalnya padat dan aku cuma dapat izin dari kampus ngepas dengan jadwal. Kalau mas ada waktu dan bisa izin dari kantor, mas yang ke Bandung yaa..”

“Iya, nanti diusahakan.” Barra menjawab datar saja. Kinar menangkapnya. Tetapi buru-buru ditepisnya, dia tidak ingin kebahagiaannya terganggu.

Sudah satu tahun sejak kepergian Kinar ke Jepang untuk study, Kinar belum pernah bisa pulang ke tanah air. Dan melalui konferensi semacam ini, Kinar bisa pulang dengan support dana perjalanan dari kampusnya. Betapa bahagianya Kinar, bisa menghirup udara tanah air lagi, bisa bertemu dengan Barra lagi, harapannya.

Juli 2011

“Selesai jam berapa?” pesan singkat mendarat di handphone Kinar. Beruntung Kinar tetap mengaktifkan nomornya meski berada di luar negeri, sehingga ketika dia kembali ke tanah air, Barra bisa mudah menghubunginya.

“Jam 4, sebentar lagi. Sudah sampai mana?”

“Sudah sampai. Sekarang sedang jalan-jalan di Jalan Braga. Nanti kujemput di hotel ya.”

“Ndak usah. Nanti kususul ke Jalan Braga saja, kebetulan aku juga ingin beli oleh-oleh untuk teman-teman di sana. Maaf ya mas harus nunggu. Jalan-jalanlah dulu.”

Pukul 4 kegiatan selesai. Kinar mengemasi barang-barangnya dan kembali ke hotel. Berganti baju dan segera menuju ke Jalan Braga. Sudah tidak sabar dia bertemu Barra. Ah, seperti apa Barra sekarang, setahun tidak bertemu. Tapi pasti masih manis seperti dulu. Hanya sepuluh menit saja dari hotelnya di Jl. Setiabudi sampai ke Jalan Braga menggunakan taksi. Kinar mencari sebuah kafe steak yang tadi disebut Barra untuknya bertemu.

“Mas, aku dah sampai di depan kafenya. Keluarlah.”

Sesaat kemudian Barra muncul dari dalam kafe. Kinar ingin sekali menghampur ke pelukan Barra. Oo tidak..tidak..lakukan yang biasa saja atau Barra akan mengira kamu telah diracuni budaya barat. Lho, Jepang kan di timur kenapa bisa jauh ke barat? Kinar mencium tangan Barra seperti biasa ketika mereka bertemu ataupun berpisah. Mereka makan di kafe tadi dan melanjutkan jalan di sepanjang jalan Braga.

Kinar menghujani Barra dengan ceritanya. Betapa rindunya Kinar pada Barra. Berbeda rasanya bercerita melalui email/facebook atau telepon dengan bercerita sambil bertatap muka begini. Mereka berjalan bergandengan dengan Kinar di sisi kiri seperti biasa. Barra pun menceritakan kesibukannya dan banyak persoalan yang dialaminya. Kinar sedih tak bisa banyak membantu Barra karna jarak yang memisahkan mereka. Tapi Barra pun memakluminya. Rrrttt…handphone Barra bergetar. Barra hanya melihat nama yang muncul di layar lalu memasukkan handphonenya lagi ke kantongnya.

“Siapa mas? Kenapa ndak diangkat?”

“Ndak papa, biasa. Sudah, ayo jalan lagi. Ambil foto gedung itu lho, arsitekturnya bagus.” Barra mengalihkan perhatian.

Dan sepanjang Jalan Braga mereka berdua berbagi rindu, sampai Kinar mengantar Barra ke stasiun karna dia harus kembali ke Jogja malam itu juga.

Juni 2012

Jalan Braga semakin ramai saja. Kafe steak itu masih ada di sana dan semakin ramai pengunjung. Pelukis jalanan juga masih ada di sana mewarnai dan menjadi pemandangan yang indah sepanjang jalan. Kinar menyusurinya. Sendirian. Kini bukan dalam rangka konferensi, dia sudah selesai study dan sudah kembali ke tanah air 2 bulan yang lalu. Kebetulan ada riset yang dilakukannya di Bandung sehingga dia kembali ke kota ini lagi.

Jalan Braga. Baru setahun yang lalu disusurinya bersama Barra. Tapi kini tidak lagi. Kinar telah menerima kenyataan Barra tak lagi miliknya. Pastilah perempuan itu lebih baik dari Kinar dan bisa memberikan apa yang tidak bisa Kinar berikan untuk Barra.

Mendadak hati Kinar berdesir. Ah, Kinar benci merasakan ini, tapi seringkali ia tak dapat mengelaknya. Tapi tak apa Barra, bahagialah dan tak usah risaukan aku. Jangan khawatir, aku akan menemukan lagi seseorang sepertimu. Someone like you, ah..hopefully better than you :). Bisik Kinar pada hatinya.

——————

Word count: 680

Diketik di jalan menggunakan HP.

16 thoughts on “[15HariNgeblogFF2#day5] Sepanjang Jalan Braga

    • yustha tt says:

      Banget Bun. Sempat select all mau bikin justified, eeee malah ilang. Untuuung ilangnya karna ‘cut’ bukan karna ‘del’ jadi bisa di-paste lagi. Wis..wis..deg2an ternyata posting pakai HP. Hihi…

  1. 'Ne says:

    agak sedih tapi Kinar tetep semangat ya mbak hehe..
    ada salah ketik jadi Kiran tuh hehe..

    Kemarin saya juga ke braga, gak ketemu ya kita hihi..
    mau ikut ke solo gak nih mbak? belum ada ide 😀

    • yustha tt says:

      Wah, masih ada yang keselip jadi Kiran ya? OK2 kuedit lagi. Thanks Ne..

      Yu’i, hari ini menikmati surabi Solo. Tapi mungkin cuma Barra dan perempuan itu yang main ke Solo. Hihi…

  2. rurimadani12 says:

    suka deh sama ini kak. ngajarin kita buat mencar pengganti orang yang udah meninggalkan kita. bukan cuam stagnan di satu orang 😀
    ngomongngomong saya kalo nulis cerita juga dari HP kak :mrgreen:

Any comments?