Beberapa waktu lalu saya menemukan postingan kawan – teman baik yang menjalani usaha crafting dan penjualan online – berupa gambar dengan sebuah kalimat yang berbunyi demikian:
ketika berjualan ke teman dekat dan keluarga, berapapun yang Anda jual ke mereka, mereka akan selalu berpikir bahwa Anda sedang mencari untung dari uang mereka. Dan semurah apapun Anda jual ke mereka, mereka tetap tidak menghargainya.
Entah siapa yang menuliskan itu, tetapi pada gambar tersebut ada foto seorang laki-laki bersedekap dengan background nama sebuah online shop yang cukup besar.
Membaca tulisan itu saya mengernyitkan dahi, serasa dijustifikasi sedemikian rupa dengan tulisan tersebut. Bayangkan saja, saya adalah teman dekat dari banyaaaaak kawan yang berjualan online maupun offline, dan saya sering sekali membeli barang dagangan maupun hasil karya mereka. Lalu tiba-tiba ada statement seperti itu. Hmm..saya menepuk-nepuk janggut dengan jari jemari saya sambil bergumam: “masa sih? Kok aku enggak ya?”.
Sepertinya penulis statement tersebut terlalu buru-buru menyimpulkan dari beberapa kasus tidak menyenangkan yang dia alami dengan teman dekat dan keluarganya, tetapi melupakan beratus pengalaman membahagiakan terkait teman dan keluarganya dalam hal bisnis perdagangannya. Kesimpulan terburu-buru dengan riset yang tidak memadai seperti ini bisa menjadi bumerang bagi kelangsungan bisnisnya. Andaikan saja ada teman dekatnya yang kebetulan suka berbelanja di online shop miliknya membaca statement ini, bisa jadi dia akan berpikir: “hah?! berarti selama ini aku dianggap tidak menghargai karyanya? Berarti selama ini dia menuduhku berpikiran buruk bahwa dia mengambil untung dariku?”, dan beberapa pemikiran negatif lainnya. Padahal kenyataannya jauh berbalik dari yang disangkakan.
Saya termasuk orang yang suka membeli barang ataupun produk hasil karya kawan-kawan saya dan saya sama sekali tidak berpikir sedang mengambil untung dari mereka, apalagi tidak menghargai karya mereka. Saya justru bangga ketika bisa menggunakan produk-produk hasil kreativitas kawan-kawan saya. Saya pun suka men-share foto outfit ketika menggunakan ataupun memakai produk buatan kawan atau online shop, dan menandai/men-tag foto saya dengan alamat instagram atau web-nya. Saya merasa bahagia jika ada yang ikut menyukai produk kawan-kawan dan ikut membelinya. Buat saya, itu jauuuuuuuh lebih membahagiakan ketimbang mencari untung dari usaha kawan saya. Saya rasa saya bukan satu-satunya orang yang merasa demikian. Sehingga, menurut saya, para pelaku usaha perlu melakukan riset terhadap perilaku konsumen sebelum mengambil kesimpulan tentang para konsumen itu sendiri. Jangan sampai karna kurangnya riset, costumer yang sedianya menyukai produk Anda, menjadi ilfill akibat statement yang terburu-buru tersebut karna takut disangka demikian.
Dalam apapun usaha kita ataupun pekerjaan kita, akan selalu ada pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan. Respon kita pada saat menemui hal yang tidak menyenangkan, akan sangat berpengaruh pada kesetiaan costumer terhadap usaha kita. Tapi kalau ada costumer yang menyebalkan dan berkali-kali menyebalkannya, bolehlah di-kick atau di-block or blacklist… Pelaku usaha lebih tau lah ya daripada saya sebagai costumer aka penerima jasa 🙂
Buat teman-teman semua, semoga lancar bisnisnya, usahanya, pekerjaannya. Semoga dijauhkan dari hal-hal yang tidak menyenangkan. Rejeki menghampiri, menjadi rejeki yang berkah. Amin.
sebagai pelaku online shop yang akhirnya mengoflinekan diri
#apacobaaaa :))
sebenernya ya lebih gampang jualan ke temen deket dan keluarga,,
karena mereka lebih respect dan percaya sama kita,,
tapi kadang ada juga si sodara yang maunya minta diskon
tapi gak sampe bilang gak menghargai,,,
Kayanya wajar sih ya kalau minta diskon? Itupun kalau Saudara pasti cuma basa basi doang, kecuali emang bisnisnya udah mapan yaa…. Kadang malah kitanya yang gak enak kok kalo dikasih diskon, sampai sering keluar: saudara ya saudara, tapi bisnis tetep bisnis 😀
mulutmu harimaumu
iya sih, kl bunda sih walau yg punya usaha itu saudara kalau emang lagi nggak butuh ya nggak dipaksain beli
bener ya, aku baca juga statusmu tentang ini Tik.., setuju, kalau mau komen apapun usahakan menimbang pro kontra dulu baru publish
iya Bunda, beruntung tulisan bisa dihapus ya, Bun..meski kalo udah baca tetep aja bisa menggores luka di hati atau merugikan diri sendiri… 🙂
Aamin… Untungnya ane punya saudara dan temen seperti mbak Titik yang selalu menghargai hasil jerih payah ane… hehehe 😀 Tawar menawar dalam pwrdagangan wajar2 aja sich, tapu kalo yang nawar kelewatan gak cuma temen atau keluarga loch, terkadang banyak koq pembeli yang nawarnya bikin hati nyesek… hehehe 😀 tapi itulah seninya berdagang… 😉
Ya, iPuy…itulah seninya berdagang. Di semua pekerjaan pasti adalah sisi ‘menyesakkan’-nya. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Yang jelas, gk boleh menghakimi tanpa bukti yang jelas. Itulah mengapa perlu ada riset lebih dulu utk mengumpulkan bukti-bukti itu. 🙂
Setuju, Tik, bahwa sebelum mengeluarkan statemen, kudu dipikirkan dulu sebaik-baiknya, bakal ada manfaatnya atau malah akan menjadi bumerang buat kita. Dalam hal apa yg kita rasakan sebagai pedagang, menurutku, lebih baik dijadikan sebagai bahan evaluasi saja tanpa perlu diumbar ke khalayak. Citra baik tetap harus dijaga, baik citra pedagangnya maupun poduknya..
Setuju, Uda..
Kalau ada kecewa, sampaikan langsung pada yang bersangkitan.
Kalau ada kepuasan, sampaikan kepada rekan-rekan.
Sayang ya Mbak Tik statemennya. Padahal waktu beli sesuatu dari temen saya juga ga pernah kepikiran loh buat ambil untung ato mikir mereka ambil untung kebanyakan. Dan ga pernah nawar kalo sama keluarga ato temen.
Sama, Dan…
Yang ada malah pengen promosiin teman.
Jeng Tt berhasil ‘membumikan’ riset dari ‘tarian angka’ menjadi sarana pengambilan keputusan dan evaluasi dalam keseharian. Apresiasi Jeng
Terima kasih, Bu.
Riset bukan hanya milik akademisi ya, Bu. Ternyata di kehidupan sehari-hari pun perlu ada riset 🙂
Setujuh mb, sebagai pelaku bisnis onlen yang akhirnya pensiun dini *halahh, kebanyakan yang beli jualanku kalau ga sodara ya teman-teman atau kenalan sendiri. Aku yang jualan kagak pernah tuh kepikiran negatip kayak di statement ga jelas ituh, malah berterima kasih banget sama teman dan handai taulan yang udah ikut nglarisi dagangan.
Maaf lahir batin yaa mbaaa 🙂
Kamu kan penjual yang positif, Bu… Hehe…
Sama2 jeung, maaf lahir batin…
Wah berarti ini mah ke saya sih emang, orang yg selalu pengen ambil untung ga mau rugi. Kapitalis emang saya.
hahaha….
Kalau beli sesuatu, baik off line maupun online, dr teman/saudara atau siapa saja…intinya saya sdh membelinya tanpa ada paksaan. Kalau ada teman/saudara yg nawarin barang, jika saya mmg membutuhkannya ya beli. Jika belum perlu, ya enggak beli dulu
betul betul betul….
kadang gitu sih ya Tt chan, pake konsep generalisir, padahal nggak mewakili semua pihak..