Mungkin sudah menjadi rencana Tuhan bahwa Dinda harus kehilangan suaminya itu untuk selama-lamanya. Sebuah kecelakaan memisahkan dia dari suami yang sangat mencintainya. Dinda sedih, tapi tak berlarut-larut dalam kesedihan. Beberapa tahun kemudian Dinda mengakhiri status jandanya dan menikah dengan kawan lamanya saat SMA. Dinda kembali menjadi seorang istri dengan kewajiban seorang istri yaitu tunduk pada suami dan mengasihi suaminya. Setiap pagi Dinda menyiapkan sarapan, menyediakan kopi dengan takaran yang berbeda dengan suaminya yang dulu, tetapi sesuai dengan selera suaminya kini, menyiapkan baju yang hendak dipakai ke kantor, merapikan baju suami, mengantarkan sampai depan pintu, menerima kecupan di kening, dan melambaikan tangan. Setiap hari setiap pagi selalu begitu, dan Dinda merasakan sukacita. Setiap apa yang dia lakukan tak ada rasa beban sama sekali, semua dia lakukan dengan bahagia dan sukacita. Hey!!! Dinda tertegun. Bukankah apa yang dia lakukan sekarang untuk suaminya hampir sama dengan yang dia lakukan untuk suaminya yang dulu??? Mengapa rasanya sungguh berbeda. Dulu dia merasa pekerjaan pagi hari itu suatu rutinitas yang wajib dia lakukan, tapi sekarang…hey, Dinda bahkan tak pernah mengingat-ingat apa yang harus ia kerjakan pagi ini, semua mengalir begitu saja, tak ada keterpaksaan apalagi kepura-puraan, tak ada perasaan tersiksa ataupun perasaan bersalah karna tak bisa membalas cinta suaminya yang begitu besar..hey…ada apa ini???
Ya….Dinda mengerti. Dulu dia tak mencintai suaminya. Dinda berusaha dan belajar mencintai suaminya tapi tak juga berhasil, padahal dia sangat tahu bahwa suaminya itu sangat mencintainya. Tapi sekarang….sekarang dia mencintai suaminya, bahkan ketika Dinda tahu bahwa cinta suaminya tak lebih besar dari cintanya, Dinda tetap bahagia. Itulah mengapa dia selalu merasakan sukacita dalam setiap hal yang dia lakukan untuk suaminya… Ternyata….karena CINTA….