Karena Cinta

Pagi ini seperti biasa, Dinda menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya. Menyiapkan kopi dengan takaran yang tepat seperti selera suaminya. Menyiapkan baju yang hendak dipakai suaminya. Pagi yang seperti biasanya dilakukan Dinda. Sudah bertahun-tahun Dinda melakukan hal yang sama, tapi tak juga Dinda menemukan perasaan nyaman dengan kebiasaan pagi harinya itu. Yang dia lakukan sepertinya hanyalah rutinitas kewajiban seorang istri kepada suaminya. Setiap hari Dinda berusaha melakukan itu dengan baik, dengan sepenuh hati, tapi Dinda tak jua menemukan perasaan bahagia seperti istri-istri lain yang yang melakukan itu dengan sukacita. Dinda bukannya tidak ikhlas, atau tidak tulus mengerjakan banyak pekerjaan untuk suaminya. Dinda bahkan selalu berusaha membuat suaminya senang, tapi mengapa batinnya tak juga bahagia, dia bahkan merasa tersiksa dengan kepura-puraan ini. Padahal Dinda sangat tahu bahwa suaminya itu sangat mencintai dia. Apapun yang Dinda inginkan selalu dipenuhi oleh suaminya. Bahkan yang ia rasakan, dalam hati sang suaminya yang terpenting adalah kebahagiaan Dinda.  Ahh…ada apa ini??

Mungkin sudah menjadi rencana Tuhan bahwa Dinda harus kehilangan suaminya itu untuk selama-lamanya. Sebuah kecelakaan memisahkan dia dari suami yang sangat mencintainya. Dinda sedih, tapi tak berlarut-larut dalam kesedihan. Beberapa tahun kemudian Dinda mengakhiri status jandanya dan menikah dengan kawan lamanya saat SMA. Dinda kembali menjadi seorang istri dengan kewajiban seorang istri yaitu tunduk pada suami dan mengasihi suaminya. Setiap pagi Dinda menyiapkan sarapan, menyediakan kopi dengan takaran yang berbeda dengan suaminya yang dulu, tetapi sesuai dengan selera suaminya kini, menyiapkan baju yang hendak dipakai ke kantor, merapikan baju suami, mengantarkan sampai depan pintu, menerima kecupan di kening, dan melambaikan tangan. Setiap hari setiap pagi selalu begitu, dan Dinda merasakan sukacita. Setiap apa yang dia lakukan tak ada rasa beban sama sekali, semua dia lakukan dengan bahagia dan sukacita. Hey!!! Dinda tertegun. Bukankah apa yang dia lakukan sekarang untuk suaminya hampir sama dengan yang dia lakukan untuk suaminya yang dulu??? Mengapa rasanya sungguh berbeda. Dulu dia merasa pekerjaan pagi hari itu suatu rutinitas yang wajib dia lakukan, tapi sekarang…hey, Dinda bahkan tak pernah mengingat-ingat apa yang harus ia kerjakan pagi ini, semua mengalir begitu saja, tak ada keterpaksaan apalagi kepura-puraan, tak ada perasaan tersiksa ataupun perasaan bersalah karna tak bisa membalas cinta suaminya yang begitu besar..hey…ada apa ini???

Ya….Dinda mengerti. Dulu dia tak mencintai suaminya. Dinda berusaha dan belajar mencintai suaminya tapi tak juga berhasil, padahal dia sangat tahu bahwa suaminya itu sangat mencintainya. Tapi sekarang….sekarang dia mencintai suaminya, bahkan ketika Dinda tahu bahwa cinta suaminya tak lebih besar dari cintanya, Dinda tetap bahagia. Itulah mengapa dia selalu merasakan sukacita dalam setiap hal yang dia lakukan untuk suaminya… Ternyata….karena CINTA….

Any comments?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s