Seindah apapun huruf terukir, dapatkah ia bermakna jika tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?
Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang jika ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.
Dewi ‘Dee’ Lestari, “Spasi” dalam kumpulan cerita Filosofi Kopi
Malam sebelum jarak itu terbentang, kita masih bersama. Menikmati malam yang kupikir akan menjadi yang terakhir. Aku hanya bisa tersenyum setiap kali kamu bicara. Apalagi selain itu, karna bibir ini tak mampu mengucap apa-apa demi menjaga air mata biar tak terjatuh. Kita sama-sama memandang langit yang bertabur bintang. Dan kamu mulai bicara tentang jarak.
“Bintang yang kita lihat itu adalah wujudnya jutaan tahun yang lalu. Cahayanya menempuh jarak sekian juta tahun cahaya dengan waktu sekian juta kecepatan cahaya hingga bisa kita tangkap. Hmm…jadi sebenarnya mana yang lebih dulu ya, jarak yang mencipta waktu atau waktu yang mencipta jarak?”
Ah…aku semakin getir mendengar ocehanmu. Semakin berjuang mempertahankan senyum tetap tersungging dan hati tetap tegar. Kamu bicara tentang jarak dan waktu, yang esok akan segera menemaniku.
Aku hanya menjawab dengan senyuman dan bisikan entah. Dan kamu memahami, sepi telah mulai hadir di hati ini.
Jarak dan waktu adalah perjalanan, yang menuliskan cerita dalam hidup kita. Kita semua. Tuhan sengaja menciptakannya untuk mengajar, untuk menguji, untuk mengerti yang sebelumnya tertutupi. Seperti kalimat yang memerlukan jeda. Seperti huruf-huruf yang memerlukan spasi. Jarak adalah jeda, memberi ruang untuk menyayang, memberi waktu untuk merindu. Memberi makna untuk semuanya itu.
***
Selamat malam hai kalian yang berjarak, adakah kalian merasakan rindu?
.
Salamku,
yustha tt
Mba Yuuuusth, pas banget postingan ini. Diriku lagi kangen berat ama istri yang dinas luar kota. Jarak memang sangat diperlukan, terkadang untuk membuat kita lebih menghargai hal-hal yang kita perlakukan dengan take it for granted…. gitu deh… π
Tuhan sengaja menciptakan jarak dan waktu agar kita lebih bisa menghargai rasa rindu. Kaupun mungkin setuju, tak ada rindu yang tak berjarak, bukan? ~nDa~
jarak dan rindu itu bunga perasaan ya mbak,indah banget untuk dirasa.
iya mb..apalagi kalau rindunya bisa dilebur ya, pasti lebih indah π
Kata-kata yang indah
@garammanis
kalau kata2nya Dee, udah gak ragu lagi ya Da π
Mbaaaa..pas banget postingan ini..
hhuuu…nambah2 episode Melow deh
makin tambah rindu..
ditambah lagunya Tommy Page ya Teh π
jarak kita jauh mbak π
biar saling merindu kan mb π
jarak fisik bisa diukur, tapi jarak hati piye ngukure jeng . *itulah sebabnya aku suka fisika, lebih sederhana … π
Karna hati mmg bukan physics tapi psycology.. Ngukurnya hanya bisa dengan rasa π
Susah ya?? Banget!!
luar biasa tulisan ini mba… ternyata penggemar dee juga… jarak membuat kita saling merindu….
iya mas Rom.. Karya Dee selalu nikmat dibaca ~menurut saya~. π
semoga jarak tak membuat kita melupa
Jika demikian hasil ujiannya, mungkin kita perlu belajar lebih giat lagi π
Saya juga sedang merindu denan yang di sana. .
itupun karena jarak, spasi yang berlebihan. . . π
heuheuheu.., segera disambung kalimat berikutnya supaya tak berlebihan spasinya π
Titik sedang rindu ini
salam saya
rindu sama Om Nh.. Lama gak main saya π
Berpisah jarak kadang diperlukan untuk menumbuhkan bibit2 kerinduan. Salam kenal mbak π
Salam kenal mb Ika… π
Jarak menarik kecepatan, jarak bersama kecepatan menghasilkan energi.
Penataan jarak antar not menghasilkan keindahan melodi.
Jarak juga penghasil bioenergi (lol … ini mah jarak yang tanaman).
Salam berjarak Jeng Tt.
Waduh, dari segala bidang ilmu terangkum di komen ini. Hehehe….
Salam berjarak Ibu… π
dengan berjarak entah itu ruang atau waktu, kita jadi mengerti bahwa ada rasa merindu disana. Rindu tentang segalanya…
benar sekali….. #jadi rindu lagi…
Jarak kadang menyakitkan.. Ingin tapi tak bisa… Ujung ujungnya air mata π’