tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
.:Sapardi Djoko Damono:.
Puisi Prof. Sapardi tentang hujan di bulan Juni memang cukup fenomenal selain puisi2 lain seperti Aku Ingin, Kuhentikan Hujan, dan masih buanyak lagi yang keren dan sarat makna. Maka ketika membaca puisi Hujan Bulan Juni, hatiku rasa tersayat. Merasakan kerinduan yang tertahan, ketidakmungkinan yang harus diikhlaskan. Yup, kala itu, sebelum bumi didera global warming yang membuat pergeseran musim (hmm…atau musim menjadi tak menentu ya?), bulan Juni adalah puncak musim kemarau. Seperti diurai Ibu Prih bahwa bulan Juni adalah kulminasi masa terang. Maka Hujan Bulan Juni pastilah sangat tabah, ia tak dapat hadir ke bumi mengingat bulan Juni tengah musim kemarau. Ia musti merahasiakan rindunya pada pohon berbunga. Ia tak dapat hadir melepas rindu, ia hanya mampu menyimpannya, karna alam tak mengizinkannya menderaikan rintik rindunya. Ia pun bijak menghapus jejaknya yang ragu-ragu. Pun arif membiarkan yang tak terucapkan diserap akar pohon berbunga itu.
Tapi itu dulu, ketika musim masih mengikuti pranata mangsa. Tapi kini? Musim telah bergeser. Bulan Juni masih kita temukan hujan yang menderas. Ah…hujan bulan juni tak lagi setabah dulu menyimpan rindu. Ia bisa menghujankan rindunya dengan deras, membasahi dahan-dahan melebur rindu. Ia juga tak menghapus jejak yang ragu, tetapi justru menorehkan jejak baru, deras dan tegas. Pula ia masih sempat mengatakan apa yang sebelumnya tak terucapkan. Hujan Bulan Juni tak lagi tabah, apalagi bijak dan arif. Ia menjelma pencinta yang memuaskan hasrat bercintanya.
Selamat bulan Juni, Hujan… π
.
.
.
.
#pernah diminta Reinkhadija untuk menyanyikan musikalisasi Hujan Bulan Juni. Karna cari2 di gugel belum ada instrumen HBJ, jadi deh terpaksa nodong Rangga buat nyari cord HBJ & memainkannya. Karna ternyata aku ndak pede menampilkan suaraku, jadi kupersembahkan intrumentalianya saja ya Rein ^_^ (makasih Rangga ^^)
Biarpun kita beda pendapat ttg HBJ, yang penting kita sama2 pencinta puisi HBJ kan Rein?! ^_^
aish pake gak pede segala.. aquwh kan suka suara mbak T, beneran!
senangnya hari ini, hujan bulan juni hadir lewat ketikan jemari Bu Prih dan Mbak T.
dua pujangga dengan caranya masing-masing. aquwh suka..
Ini gegara postingannya Bundo Adel Rein.. Udah menginspirasi Peri Kebun & mb T.. π
Yaaaa dan hari ini panasssss banget paraaaahhh ^^
Haha…tenang aja, bentar lagi juga HBJ bakal datang memagut rindunya pada dahan2…
juni dan hujan
dan masih…
bukan masih, tapi lebih π
Musim xulit di prediksi,akibat pemanasan global…
iya Erit… Nanam pohon yuk π
pas banget nih mbak, waktu aku bw kesini hujan lebat
π sering hujan ya Teh…
Sekarang ini cuaca memang gak menentu ya, hujan dan panas bisa terjadi kapan saja sepanjang tahun…
Iya ni mb Lis… Musti siap payung tiap saat, bisa buat panas maupun hujan, hehe…
Banjarnegara masih hujan. . . π
Purworejo-Jogja juga… π
Baru mampir lg ke sini disuguhi HBJ yg cantik pisaaan, aku ngedraft FF pake puisi ini ga beres mulu Tt chan hihihi
pasti jadinya keren ni FF HBJ-nya.. Belum tayang kan?
memang nih kayaknya ada yang belum matiin kerannya nih.. masa bulan juni masih aja hujan ya…
wolak-waliking jaman apa ya mas.. Juni Juni masih hujan π
iya nih, juni masih ngrecih hujannya. alamat cucianku nggak kering2 deh…
Cuaca tak menentu dan hujan tiap hari di jakarta bikin galau tapi bersyukur π