[15HariNgeblogFF2#day6] Sehangat Serabi Solo

“Iya, ini sudah mau berangkat. Nanti aku pakai kereta Prameks1 8.30. Aku turun Purwosari saja ya, supaya kamu tidak kejauhan jemputnya. Jangan lupa bawa helm.”

“Ya, Mas. Hati-hati ya.”

Barra menstater motornya dan melaju menuju stasiun Tugu Jogja. Hari ini dia dan Kayla berencana mencari kain batik di Pasar Klewer Solo untuk sarimbitan yang akan dipakai di pernikahan sepupu Kayla bulan depan. Dititipkannya motornya di stasiun dan dia berangkat ke Solo dengan kereta Prameks. Kayla memang tinggal di Solo, sementara Barra di Jogja. Jarak mereka hanya satu jam perjalanan saja menggunakan kereta atau dua jam dengan sepeda motor. Tiap Sabtu atau Minggu biasanya Barra akan ke Solo mengunjungi Kayla. Atau jika Barra sedang punya banyak kesibukan, Kayla-lah yang mengalah menjenguk Barra. Mereka ringan saja menjalani hubungan yang sudah terjalin sejak….ah sejak kapan tepatnya mereka sendiri tidak mengerti. Mereka telah lama saling mengenal, kemudian semakin dekat dan akhirnya berpacaran. Tepatnya kapan tanggal ‘jadian’ itupun tidak mereka ingat lagi. Ya sudahlah, yang penting mereka serius menjalin hubungan karena beberapa kali orang tua Kayla menanyakan tentang keseriusan Barra, Barra selalu berjanji akan serius menyayangi dan menjaga Kayla, meski sampai saat ini belum juga berani menyebut kapan akan menikahinya.

Kayla telah menunggu di luar stasiun saat kereta Barra tiba. Diciumnya tangan Barra dan mereka segera menuju tujuan mereka. Berboncengan motor dari stasiun Purwosari menuju pasar Klewer tak memakan waktu lebih dari 5 menit. Setibanya di Klewer, mereka mulai memilah milih kain batik yang cocok untuk mereka berdua. Tak mudah menemukan yang sesuai selera. Kadang yang Kayla suka, Barra kurang sreg. Begitu sebaliknya. Mereka menyusuri Klewer, berjalan berdua, tetapi tanpa bergandengan tangan. Kayla memang tidak suka menunjukkan kemesraan di muka umum. Berbeda dengan Kinar yang sedikit cuek meski tetap sewajarnya. Ah..mendadak Barra teringat Kinar yang baru ditemuinya beberapa hari lalu di Bandung. Perasaan bersalah menelusup di hati Barra. Gadis itu tak tau apa-apa. Sesungguhnya niatnya menemui Kinar di Bandung sekaligus untuk mengakui semuanya pada Kinar, membuka rahasia yang disimpannya dari Kinar beberapa waktu ini. Tetapi apa daya. Melihat senyum Kinar, sorot penuh rindu di mata Kinar, dan rona bahagia di wajahnya, Barra tak mampu. Bahkan dia pun tak mampu berdusta bahwa ada rindu di hatinya untuk Kinar dan ada bahagia di relung terdalam melihat raut bahagia Kinar.

“Yang ini gimana Mas?” Kayla mengagetkan lamunan Barra.

“Nah! Ini aku suka Dik. Motif ini adalah motif untuk pemuda seperti kita yang masih terus belajar. Warnanya juga aku suka. Ambil yang ini saja.”

“Nggih Bu, mundhut ingkang menika, Bu.2” Kayla membayar dan menerima kain batik mereka.

“Pulang?”

“Aku pengen serabi, Mas. Nyari serabi dulu yuk.”

Kayla sudah punya langganan serabi di seputaran pasar Klewer ini. Maka tak perlu waktu lama untuk menemukan penjual serabi. Sesampainya di penjual serabi, Kayla memesan serabi sementara Barra menunggu di tempat duduk yang disediakan. Beberapa saat menunggu,  ttrrrrttt…..handphone Barra bergetar. Ditengoknya nama di layar. Nomor tak dikenal. Ah, ini pasti Kinar yang menelepon menggunakan layanan voip. Sepertinya Kayla masih lama, Barra pun memutuskan mengangkatnya toh biasanya Kinar tak pernah lama kalau meneleponnya.

“Selamat hari Minggu, Mas. Lagi di mana dan sedang apa?” Seperti kereta Kinar bertanya, dengan nada renyah seperti biasanya.

“Ndak sedang ngapa-ngapain. Lagi di rumah aja. Gimana kabarmu?” mungkin sekedar basa basi atau menutupi sesuatu dari Kinar.

“Puji Tuhan baik, Mas. Sudah kembali lagi dengan tugas-tugas ni… Mas gimana ker…”

“Serabi dataaang! Selamat menikmati, Mas.” seru Kayla memotong pembicaraan Barra dan Kinar. Barra buru-buru menutup telpon Kinar tanpa memberi isyarat terlebih dahulu pada Kinar.

Di jauh sana, Kinar bertanya-tanya. Kenapa tiba-tiba teleponnya terputus? Siapa suara perempuan tadi? Kinar mencoba menelepon lagi, tetapi sampai berkali-kali tak juga mendapat jawaban dari Barra. Kinar merasa tidak tenang. Kinar merasa ada yang disembunyikan Barra darinya. Kinar merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan Barra. Kinar merasa…..ah…tak terasa air mata mengalir di pipi Kinar. Hangat. Sehangat serabi yang tengah Barra dan Kayla nikmati…

—————————————————

1) kereta Prambanan Ekspress

2) Iya Bu, beli yang ini.

Word count: 632

6th day of #15HariNgeblogFF2


12 thoughts on “[15HariNgeblogFF2#day6] Sehangat Serabi Solo

Any comments?