Untuk: Genta
Gen, sejak pembicaraan kita tempo hari, aku merasa ada kelegaan dalam hati. Entah kenapa, padahal aku sudah melupakannya. Melupakan ‘rasa di masa lalu’ yang dulu pernah ada. Lalu aku mulai membuka lagi kenangan-kenangan masa lalu saat bersamamu. Bukan. Bukan untuk kembali ke masa itu, hanya mengenang. Ya. Bukankah yang sudah berlalu tak bisa berulang dan hanya bisa kita kenang?
Kita memang tidak pernah bisa mengintip rahasia Tuhan tentang perjalanan hidup kita ya. Akan seperti apa masa depan kita, dengan siapa kita akhirnya bersama, menjadi seperti apa kita nantinya, kita hanya bisa berharap, berdoa, dan berusaha. Selebihnya, Tuhanlah yg memiliki ketetapan.
Suatu masa kita pernah bersama. Aku lupa bagaimana awalnya, mungkin kamu pun sama, tak ingat lagi bagaimana mulanya. Yang kuingat, kita sama-sama ada di jalan yang sama, melayani Dia melalui pendidikan, membantu anak-anak belajar. Lalu kedekatan mengalir begitu saja. Mengalir saja tanpa kita buat-buat. Berkirim pesan, berbagi suara, berbagi cerita, beban, masalah, bahagia. Menemanimu, dan kamu pun menemaniku. Ada yang menelusup di relung hatiku saat itu. Tapi aku tak mau menebak isi hatimu, Gen. Tak berani juga aku menggantung harap yang tinggi padamu. Karnanya aku memilih diam dan membiarkan kebersamaan kita tetap berjalan tanpa pernah ada pertanyaan, tanpa pernah ada kesepakatan.
Gen, aku kehilangan satu masa dan kenapa kita sedikit mengalami degradasi kebersamaan. Aku merasa ada yang hilang saat itu. Hilang dengan tanya yang menggantung di langit-langit hatiku. Tapi semua itu akhirnya bisa kulalui, Gen. Aku pun segera melupakannya. Ya. Saat itu aku cukup terbiasa dengan kesendirian. Aku pulang dan kamu pun pergi.
Lalu, suatu hari kita bertemu di pernikahan kakak dan teman kita. Aku pergi bersama teman-teman kita satu pelayanan. Lalu kamu pun datang, bersama dia dengan kacamata birunya (aku tersenyum saat mengetik ini dan mengingat saat itu). Dan ingatkah kamu, saat itu bahkan kita tidak bersalaman meskipun kamu ikut bergabung dengan kami dan duduk di belakangku. Mungkin kamu canggung bertemu denganku sambil membawa seseorang. Ah, mungkin juga tidak, aku saja yang kegeeran. Lalu teman-teman bertanya padaku: ‘bagaimana perasaanmu?’. Kujawab: ‘biasa saja’ sambil tetap tersenyum dan bersikap sewajarnya. Dalam hati aku bilang: ‘akhirnya kamu menemukan seseorang terbaik & itu bukan aku ‘.
Aku tak lagi tau kabarmu, Gen, juga tidak mencari tau. Sampai suatu hari seorang sahabat di kantor kita memberi tahu bahwa kamu telah menikah dengan dia yang berkaca mata biru itu dan kini berada jauh di lain benua. Aku senang sekali mendengarnya. Sungguh. Aku tidak sedang berbohong atau berusaha menutupi rasa cemburu. Tidak. Aku bahagia saat itu. Hanya……aku tidak memiliki alasan yang cukup sehingga kamu tidak mengabariku padahal kamu menikah di kota yang sama denganku. Aku sempat merasa kamu sembunyi dari aku. Tapi segera kutepis semua prasangka2 itu dan memilih ikut bahagia atas pernikahanmu. Kamu telah menemukan seseorang terbaik di waktu terbaik.
Aku tak pernah menyangka kita bisa bertemu lagi meski hanya melalui layar 14 inchi. Kamu sudah memiliki si kecil yang lucuuuuu banget. Tiap melihat fotonya, aku selalu ingin memeluk dan mencium pipinya yg chuby (tp skrg udah agak kurus ya ๐ฆ ). Lalu kita mulai berkomunikasi lagi meski kamu ada di jauh sana. Perasaanku? Aku senang bisa kembali berteman dan bersahabat denganmu. Tentang perasaanku yang dulu, aku sudah menguburnya.
Lalu hari itu kulihat kamu meninggalkan pesan. Kamu membaca tulisanku dan merasa itu adalah tentangmu. Aku pun merasa ada yang lain denganmu akhir-akhir itu. Kamu seolah sedang kembali ke masa dulu. Kamu memanggilku dengan panggilan masa itu. Kamu memperlakukanku seperti saat dulu. Gen, aku takut. Aku takut hatimu kembali bercabang. Dan itu tidak diizinkan. Pagi itu ketika kuterima pesanmu, tiba-tiba kusebut lirih namamu. Dan ternyata, kamu merasakannya.
“akhir-akhir ini aku ingat kebersamaan kita…” katamu siang itu. Tepat seperti dugaanku. Aku hanya membalas dengan senyuman. Diam sejenak.
“kebersamaan yang hanya sebentar dan tanpa kesepakatan itu?” jawabku karna memang begitu kenyataannya.
“iya….” jawabmu menggantung.
“masih bisa kau ingat?”
“iya..karna saat2 itu memberi arti..setidaknya buatku..bagaimana denganmu?”
aku kembali diam menerima pertanyaanmu. Jujur saat-saat itu memang memberi arti juga buatku. Tapi saat ini? Itu adalah rasa di masa lalu.
“iya..sama..”
hening..
Kita sama-sama diam. Ah, kenapa harus ada diam itu ya Gen. Kenapa harus sibuk dengan pikiran masing-masing.
“Eh, tapi kenapa dulu kita gak pernah bahas ini ya?” kataku mencairkan suasana.
“Iya..ya…dulu aku takut. Aku gk punya keberanian karna teman cowokmu terlalu banyak.. Hahaha…” Huft…leganya..akhirnya kamu tertawa. Artinya kita tidak berada dalam situasi yang melankolis atau romantis.
“Akhirnya kita sama-sama tau perasaan kita masing-masing ya, meskipun terlambat.” katamu.
“Setidaknya kita telah sama-sama tau. Tentang terlambat atau tidak, itu adalah jalan hidup. Dan ingat, rasa yg kita bahas tadi adalah rasa di masa lalu.” kataku sambil meyakinkanmu. Aku sedang meyakinkanmu supaya kamu tidak kembali menemui jalan bercabang itu Gen. Karna dulu kamu telah memilih satu jalan dan kini kamu tengah melalui jalan lurus itu, bersama dia dan si kecilmu yang lucu (eh, sebentar lagi dia ulang tahun kan?).
Oke Gen, mungkin segini dulu suratku. Nampaknya aku sudah menulis terlalu panjang. Aku bersyukur untuk persahabatan ini. Semoga kita bisa terus bersahabat ya. Jangan lupa, ajak istri dan anakmu main ke rumahku ya, aku mau kenalan dengan istrimu dan mau ajari si kecil bermain origami. Pasti dia suka sekali. ๐
Sampai nanti, Gen…
Dariku: Amelia
NB: tentang tulisan itu, jika kamu merasa itu tentangmu, biarlah seperti perkiraanmu, karna itu berarti kamu merasa ada di sana ๐
Yah, setelah dibaca-baca panjang-panjang, kok terakhirnya malah dari Amelia :D.
nah,,,
betul tuh,,,
ko ujungnya amelia, gmn tuh maksudnya ??
untuk radit ato genta mbak?
bagus genta.. ๐
tapi aku lebih suka dama *ah colongan*
*niup mata mb tt* masih kelilipan mb??
iya itu br lewat tp sebelahnya ada monyetnya kan?!
*aaaaaaaaaaaaarkh tidak daku colongan lg*
*jedot2in pala ke tembok bolong*
aku tahuuu.. aku tahuu damaaa… ah sayaaang tt udah keburu pergi, gak bisa nunjukin dama nyaa deh
๐
untungnya tulisannya bukan mengenai saya ya mbak ๐
Cinta lama bersemi kembali, seharusnya bisa asik kalo statusnya sama sama polos.
Tapi ini…??
Jangan deh kalo bisa. He he ๐
atau jangan-jangan amelia adalah nama samaran titi? ๐ piiisss, ti hi..hi..
Aku juga masih mengingatmu ketika kita jumpa perdana di Prambanan itu.
Kau memerankan Dewi Shinta, aku di dapuk jadi Rahwana.
Meskipun aku diberi peran antagonis atau pythagoras aku mau saja karena engkau yang jadi Shintanya dan aku bisa selalu berada di dekatmu.
Ingat enggak ketika engkau kupeluk dan ku bawa terbang ??? Kamu yang harusnya ketakutan malah tersenyum malu-malu….ha ha ha ha ha., kau tahu itu menyalahi pakem nduk….
Bersama-sama denganmu di awang-awang terasa gimana gitzuuuuuu…sementara penonton yang berada di bawah bertepuk tangan….melihat aksi panggung kita yang spektakuler.
Saya berharap, akan sepanggung lagi bersamamu dalam kisah romantis : Sampek Ing Thay- kisah-kasih yang tak sampai.
Salam sayang selalu dari Rahwanamu……dan tinggalkan Gentamu itu….
bagus nih komennya Pakdhe..
menyalahi pakem..
bagaimana kalo shinta jatuh cinta pada rahwana… ๐
Aaaaaarghhh.. kenapa malah ketemu cinta sejenis ini?!
beberapa hari terakhir saya sedang berjuang melawan cinta ini Mbak, sakit rasanya, perih! ๐ฅ
time heals the wound katanya, tapi berapa lama????
_curcol_
udah sembuh koq mbak ๐ณ
mbak..aku pengen nangis baca ini..tapi berhubung lg dtempat kerja, ditahan deh tangisnya..
aku sempat mikir, apakah begini ntar kisah aku ya..??? ๐ฆ
Tt nama tengahnya Amelia ya dek? ๐
sbentar sbentar…..tak tanyain ma org tpercaya dl ya k jol…hihihi
jiaaa fiksi maning. angkat tangan dah ๐
fiksi based on true story mbak mey..
cerita sebenernya tuh… hmmmmp *mulut lsg diplester mb tt*
ow ya? gmn..gmn? lah kok disumpel? haghaghag.
tnang nanti tak tanya ma yg lbh tau ๐ mb phet pnasaran kan crita bnernya? xixixi
aku udah tau weeee jd ga penasaran lg.. ;p
*digetok mb tt*
wah itu versi tt mb phet. mo tau versi lain? hihihi
#diplototin tt# ๐
*sangga wang*
*menyimak*
peth peth smalem dpt bocoran. mau tau? sini…coklat dulu ๐ #haiyah barter maning#
nderek langkung bu …
matur nuwun, meniko nembe wonten kawigatosan sanes… (ga tahu bahasanya benar apa nggak ya.. ntar di complain ma editor lg… lol)
aarrrggghhh……..kenapa sih, banyak banget kisah yang kyk ginih Tt sayang ๐ฆ
sudahlah, yg sudah ya sudah…….. ๐ฆ
gak enak khan, kalau harus terus menerus memanjakan rasa yg seperti ini
salam
Amelia, bukan nama tengahnya Tt, khan ๐
heehehheee…………….
ini terinspirasi dari kisahnya Bunda e Bun… Hehehe…
Bukan Bun… Amelia itu gadis cilik yang lincah nian itu loh Bun… ๐
ehm ehm..g’lg kok bun. skrg dah ikhlas kok ๐ #panen sendal dr tt#
Mau Amelia, mau Tt, mau Yustha, aku ngerasa aja bahwa ini surat beneran … ๐
Ya sudah, yang penting sudah sama-sama tahu bahwa (dulu) perasaan itu ada. Sekarang? Ehm, memang gawat kalau dipelihara … ๐
Aku juga ngerasa ini surat beneran Bun… ๐
Kalo ngebaca suratnya si, ky’nya Amelia sudah anggap itu ‘rasa di masa lalu’ Bun… gk tau kalo Genta..
Ehmm…bener2 gawat ya Bun…. ๐
bun bun kata si pehtak alias si ari kilan ini fiksi based on true story loh. ssttt… mo tau bocoran mana yg fakta ma yg imajinasi g’bun? ๐ #digetok tt#
fiksi ala jeng titik.., bagus, kayak beneran. Awalnya ta kira curahan hatinya jeng titik ealah jebul dari amelia.
ini sejalan degnan ceritanya Bunda Ly di blog om NH..
kasih tak sampe ๐
kadang ‘masa lalu’ sering muncul di masa searang T..
tapi biarlah itu tetap kenangan.. itu saja.. ๐
titip salam buat Genta ya Mbak… semoga bukan arwah gentayangan… ๐
musti orang sepesial tuhhh… ihiiyyyyy ๐
nama panjanganya?! ๐
hahahaha…ngekek aku jeng…
Oyen..Oyen…
Jadi tertantang buat share fiksi yg lebih mantap dari ini.
moga bisa, coba2 dulu ahihi.
salam kenal ๐
terlambat atau tidak, tetap tidak ada kata terlambat untuk mengingatkan menjalani apa yang sudah ada sekarang dengan tulus dan ikhlas, karena Tuhan selalu memiliki rencanaNya sendiri yang indah.
salam buat amalia dan Genta
based on true story ya mbak?hehe..jangan sampe deh CLBK..gawat2..apalagi kalo dah berkeluarga,,hehe..
Gila! ini tulisan kok dalem banget mbak… ini cerita nyata mu kan mbak? T_T so touchy… ntah kenapa aku ikut sedih, bukan karena situasi tetapi karena ada sesuatu yang tersirat yang rasanya sakit di dalam sana… >,< *sotoy
aduh….km ini Prim…mbacanya malem2 mesti… ๐
dengan menulis…
ajak sikecilmu kerumah, aku mau ajari dia maen origami…
Ehmm,, aku bisa nebak siapa itu Amelia…
*wes, gak usah pura2 mbak T..*
semoga mbak T pun sukses dalam percintaannya… ๐
salam sayang
hihihi….ada cluenya yak mbak Iyha..
hahahaha….mbak Iyhaaaaa……..
keren banget….fiksi ini…seakan real banget…..tapi kalau diangkat dari kisah nyata bener2 okeh…andrea hirata aja bisa kalah….
ah..yg bener Neck??
inilah senang nge-blog,
segala rasa bisa dituangkan di sini,
bisa pula disamarkan sebagai fiksi
tapi
khusus tulisan ini -tulisan yang ditulis dengan hati yang berdarah2
memberi kejelasan bagi pembacanya kalau yang sedang berdarah2 itu ya dirimu jeng TT *hugs*
(yes, clue nya ya origami ituh)
bener tuh udah ikhlas? Hehehe … time will heal!
btw, kok banyak orang yang mengalami seperti ini ya???
*siap2 bikin postingan tentang ini hohoho*
nunggu tulisan niQue ah… *udah keluar blm Niq??*
Fiksi, tapi indah…
Perjalanan hidup memang kadang tak bisa diramalkan….