Hari Ibu: Ibu-Ibu Petani

Saya lahir dan besar di keluarga petani. Bapak dan Ibu bekerja di sawah setiap hari. Biasanya Bapak berangkat pagi-pagi dan pulang sebelum saya berangkat sekolah, jadi saya selalu pamit dengan Bapak dan Ibu sebelum berangkat sekolah. Terkadang Bapak berangkat bareng dengan saya berangkat sekolah. Bagaimana dengan Ibu? Pagi hari Ibu menyiapkan sarapan untuk kami, anak-anak, sebelum berangkat sekolah. Ibu akan menyusul Bapak setelah kami berangkat sekolah dan setelah pekerjaan rumah beres. Jika Bapak belum sarapan di rumah, Ibu akan membawakan bekal ke sawah dan mereka makan bersama di sawah. Tampak romantis ya? Begitulah romantisme petani. 🙂

Ibu dan Bapak adalah pasangan serasi, termasuk dalam hal ‘pekerjaan’. Bapak bekerja di sawah, menanam, merawat, hingga panen. Ibu membantu pekerjaan Bapak. Dari tandur, matun, menyiram palawija, dan memanen hasil tanam. Ibu pula yang bertugas menjual ke pasar atau menawarkan ke warga desa hasil panenannya. Bapak cukup rajin memanfaatkan lahan. Pematang sawah ditanaminya dengan lombok, kacang panjang, tales, ubi, dll. Waktu antara lepas panen dan masa tanam selanjutnya, Bapak manfaatkan untuk menanam mentimun yang masa panennya cepat. Ibu termasuk pribadi yang tekun. Dan karna sumber keuangan kami memang dari sawah, Ibu begitu cermat memanfaatkan hasil tanam untuk menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sedikit saja cabai yang bisa Ibu petik di sore hari akan dibawanya ke pasar besok pagi, pulangnya bisa membawa tempe atau telur untuk lauk. 🙂

Memang tidak semua pekerjaan di sawah dilakukan sendiri oleh Ibu dan Bapak. Beberapa pekerjaan masih butuh bantuan orang lain, seperti membajak sawah, tanam padi (tandur), dan panen. Untuk membersihkan gulma (matun) kadang masih bisa dikerjakan sendiri oleh Ibu dan Bapak, namun tak jarang juga minta bantuan orang lain. Untuk upahnya, kami punya ‘harga’ sendiri di kampung kami yang mungkin berbeda dengan di kampung lain. Jika pakai ngirim (makan siang), maka harganya akan lebih rendah. Ibu selalu memilih sibuk memasak untuk ngirim daripada harus membayar lebih. Khusus untuk panen padi, kita akan menghargainya dengan sistem bawon, yaitu membagi 1/6 dari yang dia dapatkan. Misalnya seseorang memperoleh 6 karung, maka ia akan membawa pulang 1 karung sebagai upah membantu memanen. Tetapi untuk pekerjaan lain, kita menghargainya dengan uang.

Di kampung kami, yang biasa membantu tandur adalah ibu-ibu. Seperti foto berikut ini.

Mereka adalah ibu-ibu petani yang membantu bapak tandur (menanam padi). Salah satu dari mereka adalah bulik (tante) saya sendiri. Pada saat foto ini diambil, Ibu sudah dipanggil Tuhan. Jika Ibu masih ada dan sehat, Ibu pasti ada bersama-sama mereka :).

Ibu-ibu petani ini adalah perempuan-perempuan tangguh. Tahan terhadap panas dan lelah. Saya selalu salut dengan perempuan yang bekerja di lapangan, di bawah sinar matahari. Semoga Tuhan menguatkan mereka.

Mereka adalah ibu-ibu petani yang juga Ibu dari anak-anak mereka. Mereka adalah ibu-ibu pekerja, sama seperti kita yang bekerja di kantor, hanya saja kantor mereka adalah sawah yang luas itu. Mereka adalah Ibu yang ingin memberi yang terbaik bagi keluarga mereka, membantu suami mereka, demi anak-anak mereka. Wahai ibu-ibu petani, selamat hari Ibu. Terik mentari yang menghitamkan kulitmu adalah bukti cintamu pada anak-anak, buah hatimu. Semoga Tuhan menguatkanmu selalu. Amin.

Buat Ibu di surga: Selamat Hari Ibu ya Buk.
Aku yakin Ibu sudah bahagia di sana. Dan semoga aku masih bisa selalu membuatmu lebih bahagia. Amin.

Potret ini diikutsertakan dalam Kontes Perempuan dan Aktivitas yang di  selenggarakan  oleh Ibu Fauzan dan  Mama Olive 

29 thoughts on “Hari Ibu: Ibu-Ibu Petani

  1. nique says:

    pas baca judul saya kira akan melihat gambar ibu2 Jepang yang jadi petani hehehe ga taunya di tanah Jawa toh, mba Tt masih nyimpen foto2nya ya …. saya juga salut sama ibu2 petani, mereka termasuk pahlawan tanpa tanda jasa, versi aku lho 🙂

    SELAMAT HARI IBU!

    good luck ya kontesnya!

    Hahaha…pernah liat Ibu2 petani di Jepang, tapi mau motret takut, hehe…
    Ini foto ada di laptop yang di rumah. Jadi kemarin minta tolong kk buat ngirimin via email. (Niat banget ya 😛 )

    SELAMAT HARI IBU juga mb Niq..

  2. choirul says:

    ada yang berbeda ketika saya melihat ibu-ibu yang sedang menanam padi ini…

    menanam padi kalau dalam bahasa jawa kan namanya TANDUR seperti yang dijelaskan di artikel ini. Nah itu bisa di bilang TANdangane munDUR, kalau diIndonesiakan kurang lebih, cara mengerjakannya mundur….

    Kalau saya melihat secara langsung di desa saya, biasanya padi hasil yang ditanam itu berada didepan orang yang menanam, kalau di foto ini padi yang sudah ditanam ada dibelakangnya… dan ini menurut saya sesuatu yang berbeda

    kalau boleh tahu ini Jawanya mana ya? he he he

    Betul sekali mas, sanepa-nya dari TANDUR itu memang TANam munDUR, hal itu supaya mereka bisa melihat hasil tanamnya, mungkin juga jarak antarpadi bisa mereka perhitungkan dengan bergerak mundur karna mereka bisa melihat hasilnya. Di foto ini, ibu-ibu di atas menanam padi dengan arah maju. Mungkin karna Bapak sudah membuat ‘gridline’ di sawah, sehingga mereka sudah tidak perlu mengira-ira lagi jarak antarpadinya, tinggal tancap di sudut-sudut persegi di hamparan sawah. 🙂

    Saya Jawanya di Purworejo, Jawa Tengah mas. 🙂

  3. Orin says:

    Foto2 yang sangat cantik T, secantik para wanita2 tangguh itu…

    Gudlak ngontesnya ya Jeng, dan selamat hari Ibu 😉

    Perempuan-perumpuan kuat dan tangguh ya Teh…
    Selamat hari Ibu juga..
    Sukses juga buat teh Orin… 🙂

  4. bundadontworry says:

    foto2 yang menggambarkan , betapa kuat dan tegarnya ibu2 petani ini
    contoh bagi kaum perempuan lainnya, betapa seorang ibu dan seorang perempuan itu adalah manusia yang kuat dan hebat .

    semoga sukses di kontes ini ya Tt
    salam

    Betul Bunda.. Perempuan itu memang makhluk yang kuat dan hebat…

    Terimakasih Bunda.
    Salam

  5. Gung Wo says:

    Wah, kemana para bapak? Apa sedang membajak sawah-nya mungkin ya.

    para bapaknya yang kemarin menyiapkan lahannya mas. Membajak, mencangkul, menyemai padi, juga menyiapkan berkas benih padi yang akan ditanam. 🙂

  6. dey says:

    perempuan yang kuat & hebat ya …
    Ikut mengaminkan doa buat ibu di surga.

    Titip salam buat mereka ya Mbak kalau nanti pulang kampung.
    Selamat hari ibu ..

    Terima kasih sudah berpartisipasi di acara kami.

    Terimakasih Ibu untuk doanya.. 🙂

    Iya Bu, semoga pas mudik nanti pas Bapak masa tanam, jadi bisa ketemu lagi dengan perempuan-perempuan hebat itu. 🙂

    Terimakasih sudah dicatat sebagai peserta ya Ibu..
    Selamat hari ibu…

  7. nia/mama ina says:

    iya baru ngeh nanamnya maju yach bukan mundur…..aku juga salut sm ibu2 yg mau bekerja keras dibawah terik matahari….jasa ibu memang tiada duanya……smoga ibunya mbak titik bahagia di alam sana…..sukses utk kontesnya…

    btw kayaknya enak yach tinggal di kampung…setiap ahri bisa lihat swah hehehe…maklum sy dr lahir di jkt jd kalo lihat hamparan sawah senennnggg bangett….

    Itulah enaknya tinggal di kampung. Selain pemandangan alamnya, udaranya, juga masyarakatnya masih hidup komunal dan tdk individual. Hehe… Temen sy pernah main ke rumah sy biar bisa lihat sawah 😀

  8. Masbro says:

    Ibu ibu perkasa, saya selalu menaruh hormat pada ibu petani..

    Semoga sukses ya Mbak..

    Kita memang harus menaruh hormat pada semua ibu ya bro.. 🙂
    Sukses juga buat masbro..

  9. ais ariani says:

    baruuu tadi pagi aku lihat ibu petani. kan sekarang kontrakan ku pindah Mbak Ti, (pindah deket kantormu loh Mbak..aku di KM 7 skrg), nahh.. di sebelah kontrakanku dan di belakang kontrakanku, masih sawah gitu. tadi pagi aku liat ada ibu – ibu udah berumur, keliatan dari rambut dan badannya yang sudah mulai membungkuk, dia membawa sesuatu di ppunggungnya, dan jalannya cepat mengarah ke sawah. dan benar kata kamu Mbak, mereka memang tangguh. sangat tangguh…

    selamat hari Ibu 🙂

    dan oh iya… sukses buat kontesnya ya Mbaaaaaak..

    Laaah…deket kostanku donk kalo km.7 (pdhl udah gk punya kost :D)

    selamat hari ibu jg buatmu.. 🙂

  10. prih says:

    Jeng Tt, ibu di rumah Bapa sangat bangga dengan capaian putri tersayangnya. Apresiasi tuk postingan yang mengapresiasi kerja keras wanita tani. Salam

    Amin Ibu, tetap selalu ingin membahagiakan Ibu meski Ibu melihat dari atas sana. 🙂
    Salam Ibu..

  11. nh18 says:

    Amiinnn …
    Semoga ibu bahagia disana …
    Ibu pasti bangga melihat anak gadisnya merantau jauh ke negeri matahari terbit …
    Jika ibu masih hidup … saya yakin ibu akan dengan bangganya bercerita pada teman-temannya … termasuk kepada mereka yang membantu “nandur” di sawah …
    Bukan untuk menyombongkan diri … tetapi untuk penyemangat … bahwa jika kita punya kemauan … pasti Gusti ALLAH akan memberi jalan

    Salam saya Tik

    Iya Om.. Waktu sy keterima kerja sj Ibu sdh sgt bahagia dan bilang ‘betapa Tuhan mengasihi keluarga kita’. Puji Tuhan..

    Selamat hari Ibu buat Bunda ya Om… 🙂

    Salam..

    • usagi says:

      Setuju sama commentnya inyiak
      Kalau ibu mu masih hidup mbak
      Pasti beliau bangga sekali,,

      Karena kamu berhasil meraih mimpi
      Aku percaya di surga sana pun,,
      Ibu nya mbakk pasti bahagia dan bangga bercerita kepada sesama penghuni surga
      Kalau mbakk udah sukses sekarang

      Ah, amin Putri..
      Semoga ibu selalu bahagia di sana yaa… 🙂

  12. Ejawantah's Blog says:

    Selamat hari ibu, terkhusus para ibu yang telah berjuang dan mempertahankan keluarganya sertya membantu kaum bapak.

    Sukses selalu
    Salam
    Ejawantah’s Blog

    Selamat hari Ibu buat Ibu ya Pak… 🙂

  13. chocoVanilla says:

    Owh Jeng Titik, luar biasa! Mereka para ibu yang luar biasa, Makasiy, kau sudah membuka mataku akan kepahlawanan mereka, Jeng 😀

    Merry Christmas, Jeng, may God bless you. Bikin foto cantik ya, Natal yang bersalju ohh indahnya…ohh dinginnya…. 😀

    Merry Christmas jg Sista…
    God richly bless you…
    Btw belum turun salju, Sist… ^^

  14. Budi Arnaya says:

    Pasti berat saat mengenang Ibu kembali ya…sabar yach…

    Kadang jerih payah ibu sangat disepelekan yach…padhal memberi dampak yang sangat besar

    Ndak berat kok Bli… Cuma mbrebes mili… Hehehe….

  15. hanifagrafika says:

    seberapa pun besar usaha kita membalas jasa ibu kita, tidak akan seimbang dengan pengorbanannya untuk membesarkan kita, sehingga kita menjadi orang yang berguna….. terima kasih ibu.

  16. mawi wijna says:

    Setiap kali saya melihat Ibu-Ibu Petani yang tercitra adalah sosok wanita yang gigih bekerja keras, nggak takut kotor, dan semangat yang demikian entah kenapa tak saya temukan pada wanita-wanita kota….

    Iya Wijna, pada takut kotor… 🙂

Any comments?