sepeda sahabat

Sosok itu menyediakan pundaknya untukku membagi lara. Dia rela menjadi cicak di langit-langit supaya aku bisa menatapnya ketika air mata tergenang hingga menunda kejatuhannya. Jika musik sederhana selalu bisa membuatku menyanyi, maka dia adalah sosok sederhana yang selalu bisa membuatku tersenyum.

“Jaga diri baik-baik, jangan suka nangis, siapa nanti yang dipinjami pundak kalo kamu nangis? Hihi…” dia masih saja mengajak bercanda saat berpamitan.

“Mudah-mudahan selalu ada cicak pas aku mau nangis ya, Han. Hahaha..” kami berdua tertawa. Padahal sesungguhnya aku sedih.

“Siapa nanti yang nemeni aku ke mana-mana kalau gk ada kamu ya, Han?”

“Sepeda ini” sosok itu menyorongkan sepedanya “pakailah selalu, aku tetap menemanimu melalui dia.”

Sosok itu melangkah pergi. Pertemuan adalah sesuatu yang indah, namun perpisahan adalah sesuatu yang lebih indah. Dan perjumpaan kembali adalah sesuatu yang paling indah. Aku akan menunggu saat itu, sahabat. Di suatu senja, berkawan sepeda, untuk saat yang paling indah.

 

 

Note: artikel ini diikutkan dalam Kuis Cerpelai Persahabatan. Jumlah kata 147 (tidak termasuk judul & note).

.

Salam,