Tentang Cinta yang Bertumbuh

Malam minggu ngomongin cinta. Pas banget kan? Hihi… Lagi pada malam mingguan sama siapa? Sama pacar? Sama pasangan sah? Sama keluarga? Atau sendiri? Gak masalah mau sama siapapun, yang penting ada cinta dan suka cita di hati. Setuju? Setuju donk. Setuju ya. Ngomongin cinta nih, kamu percaya gak sih kalau cinta itu bertumbuh? Cinta berubah seiring waktu? Kalau setelah menikah, cinta yang indah-indah saat pacaran, bisa jadi berubah? Percaya? Saya percaya.

Dua tahun lalu, ibu dua anak yang keren habis bernama Erry Andriyati  -seleb blog yang dengan perjuangannya (bukan karna keberuntungan semata) berhasil memenangkan kontes menulis di blog berhadiah tour ke Korea- pernah menuliskan kisahnya tentang cinta yang bertumbuh ini. Dia menyebutnya cinta yang berubah, tapi saya lebih suka menyebut cinta yang bertumbuh, karna cinta yang Teh Erry ceritakan adalah cinta yang sepertinya melemah, tapi ternyata justru menguat. Sudah lama saya melupakan postingan Teh Erry itu, lalu saat beberapa waktu lalu saya baca lagi, saya nangis bo’.. (nangis kok bangga! Xixi…). Di sana diceritakan tentang betapa berbedanya hubungan saat pacaran dengan saat menikah. Waktu pacaran, saat jalan saling bergandeng tangan. Tapi setelah nikah, si Abah (suami Teh Erry) sibuk memegangi Fathir sementara Teh Erry sibuk menjaga Kayla. Atau materi telepon yang berbeda saat pacaran dan setelah menikah. Dari yang obrolan ke mana-mana yang penting mesra, menjadi obrolan tentang jadwal bayar listrik dan kawan-kawannya. Semuanya berubah. Tidak lagi cinta yang menggebu-gebu, tapi menjadi cinta yang NYAMAN.

Karena cinta yang “always sparkling” atau menggelora dan menggebu gebu itu sangat melelahkan…dan semua rasa cemburu itu akan terasa menyesakkan dada…

Gue butuh cinta yang nyaman…Karena pernikahan berlaku seumur hidup…dan seumur hidup itu lama sekali lho…hihihi

Dari sini saya mulai nangis. Haha… Kenapa? Karna inget temen-temen yang bermasalah dalam pernikahannya dan hampir menyerah  itu. Dan saya ingat lagi bahwa pernikahan itu berlaku seumur hidup. Lalu teh Erry dengan caranya yang tidak menggurui tapi mengena, memberikan ‘tips’ menjaga dan menumbuhkan cinta yang menggebu menjadi cinta yang nyaman & bertanggung jawab. Seperti, tetap mencium tangan Abah sebelum berangkat & sepulang kerja meskipun lagi marahan. Mengingat kejadian-kejadian ‘pedih’ yang telah bisa dilalui bersama. Saat Kayla muntah-muntah, Teh Erry panik dan Abah tetap tenang dan menenangkan Teh Erry, saat listrik mati dan mereka berempat tidur bareng di depan TV, saat duit habis dan tidak bisa mengambil uang di ATM, dst. Kejadian-kejadian ‘pedih’ yang ternyata bisa mendekatkan hubungan kita dengan pasangan kita. Cara Teh Erry bercerita sanggup membuat saya membayangkan kejadian saat itu, membuat hati ikut haru, sekaligus merasakan keromantisan yang mengalir natural. Itu memang kelebihan Teh Erry, menulis dengan ringan, mengalir, tapi membuat pembaca tidak mau berhenti membaca sebelum tulisan itu berakhir. Bahkan kadang-kadang tercengang: lho kok udah selesai? Dan setelah di-scroll naik, ternyata postingannya panjang. Haha….

Saya terkesan dengan tulisan itu, karna Teh Erry dengan caranya telah memberi bekal buat saya (dan teman-teman yang belum menikah) untuk siap-siap bahwa setelah menikah nanti, cinta kita atau pasangan kita bisa, bahkan harus berubah dan perubahan itu baik adanya. Cinta yang menggebu menjadi cinta yang bertanggung jawab.

Teh, aku bakal inget-inget tulisan Teh Erry itu kelak kalau aku menikah. Aku mau belajar mencintai dengan dinamis, berubah dan bertumbuh menjadi cinta yang nyaman dan bertanggung jawab. Terima kasih banyak atas tulisan keren itu ya Teh… 🙂 :kecup:

~Tt

Tulisan ini diikutkan pada Bibi Titi Teliti’s Korean Giveaway!