Lihatlah dari sisi yang lain… (2)

Ini tentang menonton konser KLa Project saat paginya hujan abu mengguyur kota Jogja.

Info dari teman maupun baliho-baliho di pinggir jalan tentang rencana KLa Project mengadakan konser bertajuk “reinKLAnasi, Jogja reinviting love” pada Jumat, 14 Februari 2014 memang sudah ada sejak beberapa hari or minggu sebelumnya. Saya ikut forward-forward infonya juga, tapi memang belum memutuskan akan nonton atau tidak. Alasan utamanya simple sih: karna gak ada temannya #curcol . Sampai pada hari Kamis, 13/2 malam sekitar pukul 19, saya WA-an dengan teman yang ternyata sama-sama pengen nonton konser itu. Akhirnya keputusan nonton pun turun malam itu. Sekitar pukul 20:00 saya meluncur menuju salah satu tiket box paling dekat dengan rumah. Ada kejadian lucu-lucu gimanaaa gitu waktu beli tiket. Saya sudah masuk dan bilang mau beli tiket 2 lembar. Ee..ternyata uang cash di dompet saya tidak cukup untuk beli 2 tiket. Kebiasaan jarang bawa uang cash banyak karna biasanya bisa gesek. Ternyata di situ gk bisa gesek. Yah, akhirnya saya minta mereka nyiapin tiketnya dulu dan saya keluar cari ATM. Sudah sampai ATM ada kejadian lagi yang bikin lebih lucu-lucu gimana. Sudah saya tulis di FB, jadi ku-screenshot aja ya 🙂

screenshot

Hihi…begitulah cerita malam itu. Selesai dari ATM saya kembali ke tiket box dan mendapatkan dua tiket konser reinKLAnasi untuk esok hari.

20140226-132046.jpg

Pulang beli tiket, malam saya seperti penuh bunga. Membayangkan esok hari nonton konser KLA dengan seseorang itu. Iya, sengaja WA orang itu dan ngobrolin tentang konser KLA bukan tanpa tujuan, memang supaya dia ngajak nonton dan aku bisa melihat berbagai kemungkinan dengannya. Ini sengaja curhat, bukan curhat colongan. Hihihi…. Gimana hasilnya? Lanjutin aja bacanya. Hahaha….

Setelah malam penuh bunga itu, pukul 22:50 melihat status teman yang mendengar suara letusan, lalu menyalakan TV, dan menyaksikan letusan gunung Kelud dengan kilatan-kilatannya. Seketika bayangan tentang konser KLA lenyap, berganti kengerian yang mencekam. Malam itu tidur dengan lebih banyak doa.

Pagi harinya, 14 Februari 2014, seperti sudah kuceritakan sebelumnya, Jogja hujan abu tebal. Kantor diliburkan dan saya tidak keluar rumah seharian. Tidak ada pesan juga dari seseorang itu, kecuali pagi hari mengingatkan mengenakan mantel kalau berangkat kantor. Tapi setelahnya tidak ada pesan apa-apa. Saya juga disibukkan dengan bersih-bersih abu. Sampai sekitar pukul 15, ketika ingin rehat, barulah teringat tentang konser KLA. Ada perasaan masygul saat itu. Apa iya akan nonton konser di tengah kondisi yang seperti ini, di saat warga sekitar Kelud berjuang menyelamatkan diri dari erupsi, di tengah warga Jogja juga bergelut melawan abu di rumah dan di jalanan. Lalu kamu akan kentjan di saat seperti ini? Ah…hati saya gamang saat itu. Sudah ada 2 tiket di tangan, tetapi kondisinya tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya 😦 .

Sambil rebahan, saya membuka WhatsApp salah satu grup. Seorang teman ada yang membahas tentang konser tersebut. Ternyata konser tetap diadakan, tetapi konsep acaranya sedikit bergeser, dari yang tadinya konser biasa menjadi konser peduli, di mana sebagian dana yang terkumpul akan disalurkan bagi korban bencana Kelud, Sinabung, dan banjir Manado. Puji Tuhan, artinya kami yang nonton bukan hanya bersenang-senang, tetapi juga sedikiiit berkontribusi membantu para korban. Saya sedikit lega, lalu mencoba mengingatkan seseorang itu dengan mengirim foto tiket yang saya dapat semalam. Balasan dia sama dengan kegamangan saya tadi: “jadi nonton? Rasanya lain ya nonton dalam suasana begini”. Saya tersenyum, mengerti sangat apa yang dia rasakan karna saya juga merasakan hal yang sama. Tapi ketika saya ceritakan bahwa konsernya untuk konser peduli, akhirnya dia memutuskan berangkat juga 🙂 .

Tepat waktu maghrib dia sampai di kontrakan. Tentu saja lengkap dengan masker dan mantel, minus kaca mata. Dia menjalankan kewajibannya dulu sementara saya siap-siap. Sekitar pukul 18:45 kami berangkat dari kontrakan. Itu jadi saat pertama saya keluar dari kontrakan seharian itu. Ternyata memang tebal sekali abunya. Di jalan-jalan masih kemebul tiap kali abu tergesek ban kendaraan. Untunglah kami sudah mengenakan mantel dan masker. Memang tidak hujan sih, tapi kan hujan abu. Hehe… Kami menunggu cukup lama di lokasi konser. Sambil foto-foto, ngobrol haha hihi, ketemu teman yang berpikiran sangat positif tentang kami. Hihi… Pukul 21 barulah Katon, Lilo, Adi dan tim tampil di panggung. Aaa.., saya berteriak, sementara dia kalem saja. Saya memang heboh kalo nonton konser. Nyanyi, teriak, lompat, gitu deh… Beberapa lagu dinyanyikan seperti Romansa, Tak Bisa ke Lain Hati, Terpurukku, Yogyakarta, Semoga, 2 lagu yang saya gak tau judulnya, ditutup dengan lagu Kembali. Sepertinya tidak banyak yang dinyanyikan KLA, karna tau-tah udah selesai aja konsernya. Haha…penonton konser selalu saja pengen nambah, padahal udah 1,5 jam juga mereka nyanyi non stop 🙂 . Saya tak banyak memotret, tapi sempat merekam 2 lagu: Tak Bisa ke Lain Hati dan Semoga. Karna lagunya syahdu, saya gk lompat-lompat, diam menghayati dan merekam 🙂 .

20140226-132114.jpg

Konser selesai, kami pulang. Saya bahagia. Lalu sadar bahwa hari itu adalah hari Valentine. Valentine kelabu, tetapi hatiku merah jambu.

Lalu bagaimana hasil kentjannya?

Esok harinya, masih bersuasana merah jambu, saya BBMan dengan teman, yang lalu bercerita bahwa dia bertemu seseorang yang nonton konser dengan saya itu bersama dengan pacarnya & bahkan dikenalkan padanya. Kejadian itu hanya berselang beberapa hari sebelum dia nonton konser dengan saya. Ya, begitulah hasilnya. Ternyata Valentine kelabu kemarin memang benar-benar kelabu. Hati yang sebelumnya sempat merah jambu mendadak tertutup hujan abu. Sepertinya cukup tebal, jadi kalau ada yang mau membersihkannya, harus bawa serokan dan berani berkeringat untuk menyerok dan menyiram sampai bersih sampai terlihat merah jambu lagi ^_^ . Hihihi…

Jadi begitu cerita saya tentang nonton konser KLa Project setelah hujan abu pagi harinya. Meski dalam kondisi yang tak sebaik yang dibayangkan, tetapi setidaknya malah ada manfaat yang diberikan selain bersenang-senang menonton konser, yaitu ikut membantu korban bencana di Indonesia, meski hanya keciiiil sekali jumlahnya. Meski hasil melihat berbagai kemungkinannya berbuah negatif, tetapi setidaknya menjadi tahu, ternyata hati ini masih kelabu perlu disapu, xixixi… Dan setelahnya pun tak ada yang berubah dari kami, karna saya hobby berteman, jadi semuanya masih seperti semula. Indah kan? 😉